Pemimpin Oposisi Rusia Koma di Rumah Sakit, Diduga Keracunan dari Pesawat

Pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny, dilaporkan mengalami keracunan dan kini dalam perawatan di sebuah rumah sakit di Kota Omsk, Rusia.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 21 Agu 2020, 18:21 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2020, 05:14 WIB
Dalam file foto pada Minggu, 24 Februari 2019 ini, pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny ikut serta dalam pawai untuk mengenang pemimpin oposisi Boris Nemtsov di Moskow, Rusia.(Photo credit: AP Photo/Pavel Golovkin, File)
Dalam file foto pada Minggu, 24 Februari 2019 ini, pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny ikut serta dalam pawai untuk mengenang pemimpin oposisi Boris Nemtsov di Moskow, Rusia.(Photo credit: AP Photo/Pavel Golovkin, File)

Liputan6.com, Moskow- Pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny, dilaporkan sedang berjuang untuk hidupnya akibat keracunan, ketika para dokter di Negeri Beruang Merah berupaya untuk menyelamatkannya.

Navalny mulanya dilarikan ke rumah sakit Siberia pada 20 Agustus 2020, setelah diduga mengalami keracunan di pesawat. 

Ia pingsan dalam penerbangan, hingga kemudian membuat pesawatnya melakukan pendaratan darurat. Kini, Navalny tengah menjalani perawatan di rumah sakit di Kota Omsk, Rusia, barat daya Siberia, seperti dikutip dari AFP, Jumat (21/8/2020).

Anatoly Kalinichenko, yang merupakan wakil kepala dokter rumah sakit itu, mengatakan kepada wartawan di Omsk, "Para dokter tidak hanya melakukan segala yang bisa mereka lakukan. Para dokter sekarang benar-benar bekerja untuk menyelamatkan hidupnya."

Sementara menurut Juru bicara Kira Yarmysh, Navalny sedang ditangani dengan menggunakan ventilator, dan dalam keadaan koma.

Meskipun tengah berada dalam kondisi serius, Kira Yarmysh menyatakan bahwa kondisi Navalny stabil.

"Alexei mengalami keracunan racun," tulis Yarmysh via Twitter, dan menggambarkan bagaimana Navalny jatuh sakit dalam penerbangannya dari Tomsk ke Moskow.

Namun, pihak rumah sakit belum memberikan diagnosis apa pun terhadap Navalny, sementara kementerian kesehatan setempat mengatakan bahwa ia dalam keadaan koma alami.

Tim dari Navalny mengatakan bahwa rumah sakit tempat ia dirawat tidak memiliki fasilitas medis yang lengkap.

Sementara dokternya, Anastasia Vasilyeva menyatakan bahwa ia telah meminta bantuan Kremlin untuk memindahkan Navalny ke fasilitas kesehatan di Eropa.

Navalny (44 tahun), dikenal sebagai seorang pengacara dengan kampanye antikorupsinya dan kritik yang vokal terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.

Saksikan Video Berikut Ini:

Respons Jerman dan Prancis

[RAGAM] Foto Menarik Pekan Ini
Orang-orang menutupi diri mereka dengan kantong plastik saat hujan di Lapangan Merah di Moskow, Rusia, 7 Juli 2020. Cuaca panas di Moskow terus berlanjut, dengan suhu diperkirakan mencapai lebih dari 30 derajat Celcius. (AP Photo/Pavel Golovkin)

Menanggapi kondisi yang dialami Alexei Navalny, Kanselir Jerman Angela Merkel bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron menyampaikan keprihatinan mereka mengatakan bahwa ia bisa mendapatkan perawatan baik di Jerman atau Prancis.

Dalam konferensi pers yang digelar bersama Presiden Macron, Merkel mengatakan, "Saya berharap dia bisa pulih dan baik di Prancis atau di Jerman dia bisa menerima semua bantuan dari kami dan dukungan medis yang dibutuhkan".

Selanjutnya, sebuah grup dari Jerman menyatakan bahwa mereka akan berpartisipasi dengan mengirim ambulans udara dengan peralatan medis dan spesialis ke Rusia untuk menjemput Navalny pada pukul 10 malam waktu setempat.

Ketua yayasan Cinema For Peace, Jaka Bizilj, menerangkan, "Kami sedang melakukan kontak dengan pihak berwenang dan berharap semua izin untuk transportasi dan laporan medis untuk pasien yang koma akan diberikan malam ini".

Juru bicara Presiden Putin juga menyampaikan harapannya agar Navalny dapat "cepat pulih". Ia pun menambahkan bahwa Kremlin akan membantu memindahkannya ke luar negeri jika diperlukan.

Dalam merespon keracunan yang dialami oleh Navalny, Amnesty International telah meminta Rusia untuk mengadakan "penyelidikan yang cepat dan independen".

Dugaan dari Teh

makanan di pesawat
Ilustrasi makanan di pesawat (Photo by Free To Use Sounds on Unsplash)

Istri dari Alexei Navalny, Yulia, dilaporkan telah tiba di Omsk untuk mengunjunginya. Kota itu diketahui berjarak sekitar 2.200 kilometer dari Moskow.

Selain itu, Yarmysh juga mengatakan bahwa polisi dan penyidik ​​telah tiba untuk memeriksa kejadian yang dialami oleh Navalny.

Adapun laporan dari sejumalah wartawan yang mengatakan bahwa mereka melihat agen keamanan FSB yang berada di rumah sakit tersebut.

Yarmysh menuliskan di Twitter, "Kami rasa Alexei diracuni dengan sesuatu yang dicampur dalam tehnya. Hanya itu yang dia minum di pagi hari".

Ia kemudian juga menyampaikan kepada stasiun radio Echo of Moscow bahwa dirinya "meyakini itu keracunan yang disengaja". Tetapi, kantor berita TASS mengutip sumber penegak hukum yang mempertanyakan hal tersebut.

"Kami tidak dapat mengesampingkan bahwa dia minum atau mengambil sesuatu sendiri kemarin," katanya. 

Namun, Yarmysh menyatakan bahwa Navalny berenang di sungai pada malam sebelumnya dan "tidak dalam keadaan mabuk".

Dalam respon lain, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menyampaikan via Twitter bahwa ia "begitu prihatin" atas apa yang terjadi pada Navalny, sementara perwakilan tinggi urusan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell menyebutkan bahwa jika dugaan keracunan itu dikonfirmasi "mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban".

Sebelumnya, Navalny sempat mengalami luka bakar matanya pada tahun 2017 ketika ia diserang dengan cairan pewarna hijau dibagian wajahnya.

Navalny juga pernah mengalami ruam dan wajahnya bengkak pada tahun lalu, saat berada dalam penahanan singkat karena menyerukan protes ilegal.

Ketika mereka menuju ke bandara Tomsk, Yarmysh menjelaskan bahwa Navalny tampak "baik-baik saja".

"Dia hanya minum teh hitam di bandara," terangnya.

"Segera setelah lepas landas dia dengan cepat kehilangan kesadaran," papar Yarmysh.

Navalny, yang merupakan seorang pengacara dan pelapor karismatik, melakukan perjalanan untuk mempromosikan strategi pemungutan suara taktis untuk menentang para kandidat pro-Putin dalam pemilihan daerah pada bulan September.

Perjalanannya ke Siberia juga bertujuan untuk membantu kandidat oposisi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya