Aktivis Tewas Ditembak, AS Desak Irak Lakukan Penyelidikan

AS telah mendesak Irak agar melakukan penyelidikan dalam menanggapi insiden penembakan yang menewaskan seorang aktivis saat tengah melakukan aksi demo damai.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 21 Agu 2020, 10:05 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2020, 08:30 WIB
AS Setop Perjalanan dari Eropa
Foto 11 Maret 2020, Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat (AS). Presiden AS Donald Trump pada Rabu (11/3) mengatakan negaranya akan menangguhkan semua perjalanan dari negara-negara Eropa, kecuali Inggris, selama 30 hari dalam upaya memerangi virus corona Covid-19. (Xinhua/Liu Jie)

Liputan6.com, Washington D.C- Kementerian Luar Negeri AS menyatakan kemarahan mereka atas pembunuhan aktivis masyarakat sipil di Irak. 

Selain itu, Negeri Paman Sam tersebut juga menyatakan kemarahannya atas serangan terhadap pengunjuk rasa di Baghdad dan Basra.

Dilaporkan US News, Jumat (21/8/2020), seorang aktivis perempuan tewas pada 19 Agustus dan tiga lainnya terluka ketika orang-orang bersenjata tak dikenal melepaskan tembakan ke mobil mereka di Basra, menurut pernyataan dari sumber keamanan dan kesehatan kepada Reuters.

Insiden itu diketahui merupakan yang ketiga dalam sepekan terakhir di mana orang-orang bersenjata menargetkan aktivis politik anti-pemerintah.

Menanggapi insiden itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Morgan Ortagus dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pihaknya mendesak Irak untuk dilakukannya penyelidikan.

"Kami mendesak Pemerintah Irak untuk segera mengambil langkah untuk meminta pertanggungjawaban milisi, preman, dan kelompok kriminal yang menyerang warga Irak menggunakan hak mereka untuk melakukan protes damai," jelas Ortagus. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Berikut Ini:


Perintah Penyelidikan Hingga Pertemuan dengan Presiden AS

Ampuni Kalkun dari Ritual Thanksgiving
Presiden AS Donald Trump menyampaikan sambutan sebelum memberikan pengampunan kepada kalkun dalam upacara Thanksgiving nasional di Rose Garden Gedung Putih, Selasa (26/11/2019). Ini merupakan tradisi tahunan yang diadakan di Gedung Putih sehari sebelum perayaan Hari Thanksgiving. (JIM WATSON / AFP)

Seorang aktivis lainnya juga telah tewas pada 14 Agustus, dan membuat munculnya gelombang protes yang cukup besar.

Aksi protes yang digelar selama tiga hari, bahkan membuat personel keamanan menembaki pengunjuk rasa yang melemparkan batu dan bom molotov ke arah rumah gubernur.

Pada 17 Agustus, Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi memecat sejumlah polisi Basra dan kepala keamanan nasional, akibat insiden tersebut. 

Tak hanya itu, PM Kadhimi juga memerintahkan penyelidikan atas kekerasan tersebut.

Selain itu, pada 20 Agustus, Kadhimi juga mengadakan pembicaraan di Gedung Putih dengan Presiden AS Donald Trump.

Dalam pernyataannya kepada wartawan, Presiden Trump mengatakan bahwa ia menantikan hari ketika pasukan AS dapat meninggalkan Irak.

"Kami akan segera pergi," terang Presiden Trump. Namun, ia belum memberikan penjelasan terkait jadwal penarikan pasukan AS dari Irak.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya