Pejabat Gedung Putih Tertawa Terbahak-bahak Dengar Kabar Kim Jong-un Koma

Klaim yang dibuat oleh mantan ajudan kepresidenan Korea Selatan, telah dibantah oleh pengamat Korea Utara dan koresponden asing terkait kabar Kim Jong-un koma.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 26 Agu 2020, 12:53 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2020, 12:53 WIB
Kim Jong-un
Gambar yang dirilis pada 9 Oktober 2019, pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un memeriksa hasil panen saat mengunjungi Pertanian No. 1116 dari KPA Unit 810 di lokasi yang dirahasiakan. Ini merupakan penampilan perdana Kim sejak perundingan nuklir dengan AS tidak mencapai titik temu. (KCNA VIA KNS/AFP)

Liputan6.com, Washington, D.C - Seorang pejabat Gedung Putih tertawa terbahak-bahak ketika ditanya tentang kabar Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam keadaan koma. Klaim yang dibuat mantan ajudan kepresidenan Korea Selatan itu, telah dibantah pengamat Korea Utara dan koresponden asing yang turut meliput negara rahasia itu.

Harry Kazianis, Direktur Senior Studi Korea untuk Pusat Kepentingan Nasional yang berbasis di Washington, mengungkapkan, seorang pejabat di pemerintahan Donald Trump tidak menanggapi serius isu itu dan malah tertawa.

Mr Kazianis men-tweet: "Saya berbicara dengan pejabat Gedung Putih pada pagi ini terkait berita #KimJongUn dalam keadaan koma. Pejabat itu tertawa terbahak-bahak," seperti dikutip dari laman Mirror, Rabu (26/8/2020).

Spekulasi bahwa Kim Jong-un mungkin dalam kondisi buruk muncul lagi setelah seorang mantan pejabat Korea Selatan secara sensasional mengklaim pada Jumat lalu bahwa pemimpin Korea Utara itu dalam keadaan koma.

Chang Song-min, mantan ajudan mendiang presiden Korea Selatan Kim Dae-jung, tidak memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya. Sebuah situs berita Korea Selatan mengecam klaim koma Chang sebagai "tidak masuk akal".

Spekulasi terbaru tentang kesehatan Kim Jong-un muncul setelah dia dilaporkan telah mendelegasikan lebih banyak tanggung jawab kepada para pembantunya, termasuk saudara perempuannya Kim Yo-jong, yang dikatakan sebagai "orang kedua secara de facto".

Pada April dan Mei 2020, juga ada klaim bahwa Kim dalam keadaan sekarat dan meninggal dunia atau bahkan bersembunyi dari pandemi Virus Corona saat dia menghilang dari pandangan publik selama tiga minggu, setelah itu muncul dalam publikasi foto kunjungan ke pabrik pupuk.

Dalam sebuah posting Facebook minggu lalu, Chang mengklaim Kim Jong-un koma sejak awal April dan semua penampilan publiknya telah dipalsukan oleh media pemerintah.

Chag berkata: "Sebuah struktur suksesi lengkap belum terbentuk, jadi Kim Yo-jong dikedepankan karena kekosongan tidak dapat dipertahankan untuk waktu yang lama."

 

Simak video berikut ini:

Klaim Tidak Masuk Akal?

Kim Jong-un sedang menandatangani sebuah buku tamu dengan didampingi adiknya Kim Yo-jong.
Kim Jong-un sedang menandatangani sebuah buku tamu dengan didampingi adiknya Kim Yo-jong. (AP)

Situs berita Korea Selatan Shinmoongo menyebut klaim Chang "tidak masuk akal", dan menulis bahwa mantan asisten Blue House itu merasa "sangat malu" ketika dia membuat klaim yang sama pada bulan April dan Kim Jong-un kemudian muncul difoto media milik pemerintah.

Agen mata-mata Korea Selatan sebelumnya telah menolak klaim bahwa Kim dalam keadaan koma atau mati.

Beberapa hari yang lalu, Badan Intelijen Nasional (NIS) Seoul mengumumkan bahwa Kim Jong-un masih akan "menggunakan kekuasaan absolut" tetapi secara bertahap ia akan mengalihkan kewenangannya kepada Kim Yo-jong "untuk mengurangi stres".

Dia sekarang "mengatur urusan negara secara keseluruhan", tambah Badan Intelijen Nasional.

Pengamat Korea Utara mengatakan itu tidak boleh dianggap sebagai tanda bahwa Kim dalam kesehatan yang buruk atau kehilangan cengkeramannya pada kekuasaan, tulis NK News melaporkan.

Martin Weiser, seorang peneliti independen tentang politik Korea Utara, mengatakan: "Saya tidak melihat adanya perbedaan mendasar dalam cara pengambilan keputusan di Korea Utara."

"Kim Jong-un masih memiliki hak veto dalam semua keputusan, dan dia harus diberi tahu secara teratur tentang pekerjaan pejabat lain."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya