Diduga Rekrut Mata-mata, Pusat Kebudayaan China Confucius Institute di AS Bakal Ditutup

Pusat kebudayaan Tiongkok, Confucius Institute di Amerika Serikat diduga merekrut mata-mata serta menyebar propaganda China.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 03 Sep 2020, 09:51 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2020, 09:51 WIB
Bendera China
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Washington, D.C. - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo berkata segera menutup Confusius Institute di China pada akhir tahun. Institusi itu diduga dipakai untuk merekrut mata-mata China.

Confusius Institute adalah pusat budaya China yang berlokasi di kampus-kampus Amerika Serikat.

"Saya berpikir semua orang melihat ada risiko yang diasosiasikan dengan mereka," ujar Menlu Pompeo seperti dikutip The Standard, Kamis (3/9/2020).

"Saya berharap kita bisa menutup mereka semua sebelum akhir tahun ini," jelas Pompeo.

Bulan lalu, Menlu Pompeo menyebut pusat pengelola Confusius Institute menyebar propaganda China dan pengaruh jahat. Institut tersebut lantas diminta agar didaftarkan sebagai misi luar negeri.

Pernyataan Mike Pompeo lebih keras ketimbang ucapan diplomat AS yang sebelumnya berkata Confusius Institute tak akan tutup, namun kampus harus lebih waspada.

Mike Pompeo berkata isu melawan China berbeda dari Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet. Sekarang tantangannya bukan ideologi politik, melainkan ekonomi.

"Tantangan-tantangannya berbeda, mereka adalah tantangan-tantangan ekonomi," ujar Pompeo.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

China Ingin Bangun Fasilitas Militer di Indonesia?

20160905-Jokowi-Hadiri--KTT-G20-Tiongkok-Setpres
Presiden RI Joko Widodo berjabat tangan dengan Presiden China Xi Jinping saat menghadiri KTT G20 di Hangzhou, Tiongkok, (4/9). Jokowi akan menjadi pembicara utama sesi 2 dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. (Setpres/Bey Machmudin)

China dilaporkan ingin mendirikan jaringan logistik militer untuk menunjang tentara mereka. Amerika Serikat menyebut Indonesia menjadi salah satu target China dalam pembangunan tersebut.

Informasi itu muncul di laporan Kementerian Pertahanan (Kemhan) AS berjudul Military And Security Developments Involving The People's Republic Of China. Nama Indonesia disebut tiga kali pada laporan itu.

Berdasarkan laporan Kementerian Pertahanan AS, ada sejumlah negara Asia Tenggara hingga Timur Tengah yang China harap bisa gunakan sebagai lokasi fasilitas logistik militer. 

Pusat logistik itu digunakan untuk Tentara Pembebasan Rakyat atau People Liberation Army (PLA) milik China. Saat ini, China sudah memiliki pusat logistik militer di Djibouti.

"RRC kemungkinan telah mempertimbangkan Myanmar, Thailand, Singapore, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Kenya, Seychelles, Tanzania, Angola, dan Tajikistan sebagai lokasi untuk fasilitas logistik militer bagi PLA," tulis laporan tersebut seperti dikutip asia.nikkei.com, Rabu (2/9/2020).

AS berkata pusat logistik itu akan mendukung tentara darat, laut, dan udara milik China. Kehadiran pusat logistik seperti itu dianggap bisa menganggu AS.

"Jaringan logistik militer Tentara Pembebasan China bisa saja ikut campur ke operasi-operasi militer AS dan menyediakan fleksibiltas untuk mendukung operasi ofensif melawan Amerika Serikat," tulis laporan tersebut.

AS juga mengkritik laporan Jalur Sutera Baru (OBOR) milik China dalam laporan tersebut. Proyek OBOR dinilai mengkhawatirkan dari segi korupsi, utang, lingkungan, dan kurangnya transpransi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya