Sydney - Bisnis restoran termasuk salah satu jenis bisnis yang terdampak keras akibat Virus Corona (COVID-19). Banyak negara yang membatasi makan di restoran untuk meredam penyebaran virus.Â
Di Australia, ada restoran yang menjadi lokasi klaster penyebaran 103 kasus COVID-19. Nama restoran itu lantas menjadi viral.
Advertisement
Baca Juga
Pemilik restoran menangis ketika nama restoran mereka dihujani komentar negatif dari warganet. Restoran itu kini nyaris bangkrut.
Dilaporkan ABC Australia, Kamis (10/9/2020), kejadian itu dialami restoran makanan Thailand di Sydney bernama Thai Rock yang menjadi klaster penyebaran COVID-19 terbesar di ibukota New South Wales sejauh ini.
Restoran tersebut sudah dibuka kembali, namun hanya sedikit sekali pelanggan yang datang.
Awalnya, pasangan ini menutup restoran mereka di Wetherill Park tanggal 9 Juli, setelah seorang karyawan positif mengidap Virus Corona COVID-19.
Dua bulan kemudian, setelah diketahui ada 103 kasus virus COVID-19 yang bermula dari tempat ini, membuat bisnis restoran mereka dalam keadaan sangat sulit.
Seminggu setelah dibuka kembali, restoran tersebut masih sepi. "Kami sekarang hanya melayani sekitar 10 persen dari bisnis kami sebelum ditutup," kata Stephani.
Bila keadaan terus berjalan seperti itu, pemiliknya, yakni Stephani dan David Boyd mengatakan mereka akan bangkrut dalam hitungan pekan.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Menangis Saat Nama Restorannya Viral di Internet
Klaster kasus di restoran ini bermula hanya dari satu makan siang yang kemudian berkembang selama beberapa minggu.
"Ketika kami mendapat telepon pertama dari seorang staf, kami kemudian berusaha memastikan semua orang selamat dan sehat," kata Stephani.
"Namun ketika kami menjalani isolasi, disitulah kesedihan dan kenyataan mulai muncul."
Pada awalnya ada 15 orang yang dinyatakan tertular virus corona.Â
Namun jumlahnya terus meningkat, karena mereka yang makan di restoran tersebut kemudian menyebarkan ke yang lain.
"Setiap kasus baru, rasanya seperti sayatan baru dalam luka yang saya alami," kata Stephani."Saya melihat kasus baru diberitakan di media, di Facebook, dan air mata saya berlinang tanpa henti."
Tanggal 26 Juli, restoran kedua milik pasangan tersebut di Potts Point juga menyatakan adanya kasus COVID-19 dan kemudian menyebarkan ke enam orang lainnya dalam dua minggu.
"Kami dibilang supaya mati sengaja dan masuk neraka," kata Stephani."Banyak yang menulis review buruk mengenai restoran kami di online, padahal restoran tutup saat itu untuk dibersihkan."
"Saya sampai tidak berani bangun tidur dan tiap hari menangis."
Advertisement
Sudah Berbisnis Selama 8 Tahun
Memang banyak bisnis lain yang terpengaruh oleh adanya pandemi ini, namun bagi restoran seperti Thai Rock mengembalikan reputasi merupakan salah satu masalah yang juga harus dihadapi.
Stephani mengatakan ia akan sangat kecewa bila restoran itu nantinya harus ditutup, bisnis yang sudah dijalaninya selama delapan tahun terakhir.
Pemilik restoran ini sekarang sudah memasang kamera thermal untuk mengecek suhu tubuh setiap orang yang masuk ke Thai Rock.
Mereka juga menempatkan seorang staf khusus yang memantau apakah social distancing dipatuhi di dalam restoran, selain tentu juga disediakan 'hand sanitiser' dan juga pembersihan teratur.
"Kami juga menyewa seorang ahli mikrobiologi untuk melakukan kunjungan mendadak dan mengecek seluruh restoran, kita juga menggunakan pembersih eletronik," kata David Boyd.
"Biayanya besar namun apalagi yang bisa kani lakukan, kami hanya bisa berusaha."