Donald Trump: AS Akan Berusaha Hentikan Konflik Azerbaijan dan Armenia

Presiden Donald Trump mengatakan AS akan berusaha untuk menghentikan konflik antara Azerbaijan dan Armenia.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 28 Sep 2020, 17:50 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2020, 17:50 WIB
Presiden AS Donald Trump pidato di Sidang Umum PBB. Ia menyerang China dalam pidatonya.
Presiden AS Donald Trump pidato di Sidang Umum PBB. Ia menyerang China dalam pidatonya. Dok: Gedung Putih

Liputan6.com, Jakarta- Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa negaranya akan berusaha untuk menghentikan konflik yang terjadi antara Azerbaijan dan Armenia. 

Dilansir US News yang mengutip Reuters, Senin (28/9/2020) dua republik bekas Soviet tersebut berperang sebelumnya pada era 1990-an.

"Kami mengamati sangat kuat untuk itu," kata Presiden Trump dalam jumpa pers pada 27 September 2020.

"Kami memiliki hubungan baik dengan wilayah itu. Kami akan melihat apakah kami bisa menghentikannya," lanjut Presiden Trump. 

Sedikitnya 16 tentara militer dan beberapa warga sipil tewas pada 27 September, dalam bentrokan yang terjadi antara Azerbaijan dan Armenia. 

Bentrokan itu juga kembali memunculkan kekhawatiran tentang stabilitas di Kaukasus Selatan, koridor pipa yang membawa minyak dan gas ke pasar dunia. 

Saksikan Video Berikut Ini:

Darurat Militer

Setidaknya 16 tentara telah tewas dalam lima hari terakhir akibat pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan (Photo credit: Karen Minasyan/AFP)
Setidaknya 16 tentara telah tewas dalam lima hari terakhir akibat pertempuran antara Armenia dan Azerbaijan (Photo credit: Karen Minasyan/AFP)

Dikutip dari Arab News, aktivis sayap kanan Armenia juga melaporkan bahwa seorang perempuan dan anak etnis Armenia juga tewas dalam bentrokan pada 27 September itu. 

Sementara itu, Armenia dan Nagorno-Karabakh mengumumkan darurat militer dan memobilisasi penduduk laki-laki.

Darurat militer juga diumumkan oleh Azerbaijan, dan mengatakan bahwa 5 anggota dari satu keluarga tewas akibat penembakan Armenia.

Selain itu, mereka juga menyatakan bahwa pasukannya menanggapi penembakan Armenia dan telah menguasai hingga tujuh desa. 

Namun, Nagorno-Karabakh membantah klaim invasi desa tersebut tetapi kemudian mereka mengakui kehilangan "beberapa posisi" dan mengatakan telah kehilangan sejumlah korban sipil, tanpa memberikan perincian lebih lanjut. 

Bentrokan tersebut memicu kesibukan diplomasi untuk mengurangi ketegangan baru dalam konflik yang telah berlangsung puluhan tahun antara mayoritas Kristen Armenia dan sebagian besar Muslim Azerbaijan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya