Tenaga Medis Jepang Kewalahan Laporkan COVID-19 Secara Online, Kok Bisa?

Tenaga Medis di Jepang memilih tidak gunakan database online COVID-19 yang difasilitasi pemerintah, mengapa demikian?

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Sep 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2020, 21:00 WIB
Tokyo Laporkan 47 Kasus Baru Corona Usai Pencabutan Status Waspada
Orang-orang melintasi sebuah jalan di Tokyo, Jepang, pada 14 Juni 2020. Pemerintah kota Tokyo pada Minggu (14/6) mengonfirmasi 47 kasus infeksi baru corona, beberapa hari setelah Gubernur Yuriko Koike mencabut status waspada COVID-19 agar semua bisnis dapat dibuka kembali. (Xinhua/Du Xiaoyi)

Liputan6.com, Tokyo - Tenaga medis di Jepang memilih untuk tidak menggunakan database online Virus Corona COVID-19 yang diimplementasikan pemerintah untuk menanggapi pandemi. 

Dilansir US News yang mengutip Reuters, Rabu (30/9/2020), sistem database online tersebut diluncurkan pemerintah Jepang sejak Mei 2020. 

Survei Kementerian Kesehatan Jepang menunjukkan, bahwa hanya 40 persen dari institusi medis yang menggunakan sistem yang dinamai HER-SYS tersebut. 

Respons dari survei tersebut mengungkapkan bahwa sistem itu terlalu rumit dan memakan waktu. Sehingga, sebagian besar dari institusi medis di Jepang masih lebih memilih melaporkan penanganan COVID-19 mereka lewat berkas fisik/kertas formulir dan mesin fax. 

"Kami memiliki kekurangan personel yang dapat beradaptasi dengan sistem ini," terang Satoru Hashimoto, Direktur Perawatan Intensif di Kyoto Prefectural University of Medicine.

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Berikut Ini:


Tantangan Bagi PM Jepang Baru, Yoshide Suga

Jepang Konfirmasi 70 Lebih Kasus Virus Corona
Seorang wanita mengenakan masker untuk membantu mencegah penyebaran virus corona berjalan melewati orang-orangan sawah yang menggambarkan tangan besar dengan tanda berhenti virus Corona di Tokyo, Senin (28/9/2020). Jepang mengonfirmasi lebih dari 70 kasus virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Manajer Pengendalian Infeksi di St. Luke International Hospital di Tokyo, Fumie Sakamoto juga menyampaikan bahwa pelaporan COVID-19 dengan HER-SYS membutuhkan lebih dari 120 bagian yang harus diisi. 

Sakamoto juga menjelaskan, bahwa sebagian besar rumah sakit di Tokyo atau Osaka, juga masih belum memasang HER-SYS dan masih menggunakan sistem milik rumah sakit.

Minimnya minat terhadap HER-SYS pun menjadi tantangan bagi Perdana Menteri Jepang yang baru, Yoshide Suga mengingat penerapan sistem digital adalah salah satu rencana kerjanya. 

Pejabat Kementerian Kesehatan Jepang, Hiroshi Umeda menyebutkan bahwa terdapat kekurangan dari penggunaan HER-SYS untuk target pemerintah. 

Kendati demikian, Kementerian Kesehatan Jepang melakukan survei sebagai cara mereka untuk memperbaiki HER-SYS dan meminta kelompok kerja ahli untuk memberi saran tentang bagaimana sistem itu seharusnya diterapkan.

"Kami berusaha mengakomodasi permintaan perbaikan agar semakin mudah dan nyaman untuk digunakan," kata Umeda. 


Infografis Wabah Virus Corona COVID-19 Darurat Kesehatan Global

Infografis Wabah Virus Corona Darurat Kesehatan Global. (Liputan6.com/Triyasni)
Infografis Wabah Virus Corona Darurat Kesehatan Global. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya