Liputan6.com, Ankara - Pemimpin NATO Jens Stoltenberg berharap Turki bisa membantu meredakan konflik antara Azerbaijan dan Armenia. Konflik di daerah Nagorno-Karabakh masih terus mengklaim korban jiwa.
Dalam kunjungannya ke ibu kota Ankara, Turki, Jens Stoltenberg menyampaikan rasa prihatinnya.
Advertisement
Baca Juga
"Kami sangat khawatir atas eskalasi pertikaian" ujar Stoltenberg seperti dikutip Al Arabiya, Senin (5/10/2020).
"Saya berekspektasi agar Turki menggunakan pengaruhnya yang cukup kuat untuk menenangkan ketegangan," lanjutnya.
Turki dan Azerbaijan merupakan sekutu dekat. Namun, hubungan Turki dan Armenia tidak harmonis.
Armenia pernah menjadi sasaran genosida yang dilakukan oleh Kesultanan Utsmaniyah pada era Perang Dunia I. Lebih dari 1 juta orang tewas akibat peristiwa itu, akan tetapi Turki membantah adanya genosida.
Secara diplomatik, Armenia lebih dekat dengan Rusia. Sebelumnya, Rusia juga menawarkan diri sebagai tuan rumah untuk perdamaian antara Azerbaijan dan Armenia.
Uni Eropa dan Amerika Serikat juga sama-sama meminta agar Azerbaijan dan Armenia dapat menghentikan pertikaian yang terjadi di perbatasan kedua negara.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Rusia Siap Jadi Penengah Armenia dan Azerbaijan
Konflik antara Armenia dan Azerbaijan masih berlanjut di Nargono-Karabakh dan warga sipil menjadi korban. Komunitas internasional kini mulai terlibat agar situasi lebih kondusif.
Terkini, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyebut siap menjadi penengah antara Armenia dan Azerbaijan agar kedua negara bisa berdiskusi. Menlu Lavrov meminta segera ada gencatan senjata.Â
Dilaporkan Daily Sabah, Kamis 1 Oktober 2020, Kementerian Luar Negeri Rusia berkata siap melakukan mediasi secara independen serta berkolaborasi dengan perwakilan Minsk group of the Organization for Security and Cooperation in Europe (OSCE).
Menlu Rusia berkata telah berbincang dengan pihak menteri luar negeri Armenia dan Azerbaijan.
"Perkembangan situasi di zona konflik Nagorno-Karabakh telah dibahas. Pihak Rusia mengekspresikan kekhawatiran serius terkait permusuhan skala besar yang berlangsung. Sebuah ajakan telah dibuat untuk segera gencatan senjata dan de-eskalasi ketegangan, begitu juga pencegahan retorika provokatif dan militer," ujar Menlu Sergei Lavrov.
Armenia dan Azerbaijan adalah sama-sama bekas bagian Uni Soviet. Rusia lebih dekat dengan Armenia dan memiliki pangkalan militer di sana.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinian menyebut negaranya belum menggunakan pangkalan Rusia, namun siap menggunakannya jika perlu.
Huungan antara Armenia dan Azerbaijan sudah tegang sejak tahun 1990-an ketika militer Armenia menduduki Nagorno-Karabkah. Sementara, dunia internasional mengakui wilayah tersebut sebagai milik Azerbaijan.
Advertisement