Oposisi Kirgizstan Ambil Alih Kekuasaan Usai Protes Rakyat Pecah

Setelah protes dari rakyat pecah, oposisi Kirgizstan mengambil alih kekuasaan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 07 Okt 2020, 11:14 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2020, 07:20 WIB
Rakyat Kirgizstan terobos parlemen karena protes hasil pemilihan legislatif.
Rakyat Kirgizstan terobos parlemen karena protes hasil pemilihan legislatif. Dok: AP Photo/Vladimir Voronin

Liputan6.com, Bishkek - Oposisi di Kirgizstan dilaporkan telah merebut kekuasaan setelah protes dengan kekerasan terhadap apa yang dikatakannya sebagai pemilihan parlemen yang curang pada hari Minggu terjadi. 

Sadyr Japarov ditunjuk sebagai penjabat perdana menteri, beberapa jam setelah pengunjuk rasa membebaskannya dari penjara.

Sementara itu, mengutip BBC, Rabu (7/10/2020), Presiden Sooronbai Jeenbekov telah mengisyaratkan bahwa dia siap untuk mundur.

Dia mengatakan kepada BBC bahwa dia "siap memberikan tanggung jawab kepada para pemimpin yang kuat", tetapi menolak untuk mengatakan siapa yang ada dalam pikirannya.

Para pengunjuk rasa berkumpul pada hari Senin dalam kemarahan atas dugaan kecurangan suara. Beberapa kemudian menyerbu gedung-gedung pemerintah dan menyerbu parlemen.

Pada Selasa pagi, sejumlah tahanan politik terkenal juga telah dibebaskan, termasuk Japarov, yang telah menjalani hukuman 11 tahun karena menculik seorang gubernur daerah selama protes oposisi tujuh tahun lalu.

Mantan presiden Almazbek Atambayev, yang menjalani hukuman 11 tahun penjara karena korupsi, juga dibebaskan.

Hasil Pemilu Picu Kegaduhan

Rakyat Kirgizstan protes hasil pemilihan legislatif.
Rakyat Kirgizstan protes hasil pemilihan legislatif. Dok: AP Photo/Vladimir Voronin

Kegaduhan dipicu oleh hasil pemilu dimana hanya empat dari 16 partai politik yang lolos ambang batas masuk ke parlemen dalam pemilihan hari Minggu. Tiga dari empat orang tersebut memiliki hubungan dekat dengan Presiden Jeenbekov.

Presiden telah menyatakan siap untuk membatalkan hasil, sebelum pengumuman resmi datang dari KPU Pusat, yang menyatakan telah membatalkan hasil pemilu "dengan mempertimbangkan situasi politik di negara ini".

"Tujuan utama para pengunjuk rasa bukanlah untuk membatalkan hasil pemilihan tetapi untuk menggulingkan saya dari kekuasaan," kata Presiden Jeenbekov kepada BBC Kirgizstan dalam wawancara telepon eksklusif dari tempat persembunyian rahasia.

Ia mendesak semua pihak untuk kembali ke "lapangan yang sah" dan bekerja sama menghindari gejolak politik di masa lalu.

“Untuk mengatasi masalah ini, saya siap memberikan tanggung jawab kepada pemimpin yang kuat, tidak peduli kelompok mana mereka. Saya bahkan siap membantu mereka,” tambahnya.

Dalam pidato di video sebelumnya, presiden menuduh "kekuatan politik tertentu" menggunakan hasil pemilu sebagai alasan untuk "melanggar ketertiban umum". 

"Mereka tidak mematuhi penegak hukum, memukuli petugas medis, dan merusak bangunan," katanya.

Para pengamat mengatakan tampaknya Jeenbekov, yang terpilih pada 2017, telah kehilangan semua pengaruhnya - tetapi tidak jelas siapa yang akan menggantikannya.

Para pemimpin oposisi telah membentuk Dewan Koordinasi tetapi ada laporan bahwa mereka terpecah, sambil masih memperdebatkan siapa yang mendapat posisi pemerintah yang berpengaruh.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya