Liputan6.com, Seoul - Untuk pertama kalinya dalam setahun, Korea Selatan menemukan kasus baru flu babi Afrika di sebuah peternakan minggu ini.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Sabtu (10/10/2020), oleh karena itu pihak terkait memaksa pihak berwenang untuk memusnahkan setidaknya 1.500 ekor babi, seperti dilaporkan kantor berita Yonhap.
Advertisement
Baca Juga
Tiga babi mati dinyatakan positif mengidap penyakit itu, yang tidak menyerang manusia tetapi bisa mematikan bagi babi, di sebuah peternakan di provinsi Gangwon pada Kamis malam, 8 Oktober 2020.
Pihak berwenang memusnahkan babi dalam radius 10 km dari peternakan itu, kata Yonhap, mengutip kementerian pertanian Korsel.
Sekitar 400.000 babi dimusnahkan setelah wabah dimulai akhir tahun lalu, melanda setidaknya 14 peternakan.
Hingga pekan ini, kata Yonhap, belum ditemukan kasus baru di peternakan sejak Oktober 2019, namun ditemukan 750 kasus pada babi hutan yang berkeliaran di perbatasan dengan Korea Utara.
Pada September 2020, Korea Selatan melarang impor daging babi dari Jerman setelah kasus flu babi Afrika dikonfirmasi pada babi hutan di kawasan timurnya.
Simak video pilihan di bawah ini:
Flu Babi
Tahun lalu, sebuah sungai di dekat perbatasan antar-Korea berubah warna menjadi merah. Konon kabarnya akibat tercemar darah dari bangkai babi.
Pihak berwenang Korea Selatan telah memusnahkan 47.000 babi dalam upaya untuk menghentikan penyebaran flu babi Afrika (ASF).
Dilansir dari BBC, hujan deras menyebabkan darah mengalir dari tempat penjagalan di perbatasan ke anak Sungai Imjin.
Flu babi Afrika merupakan penyakit yang sangat menular dan tidak dapat disembuhkan, dengan tingkat kelangsungan hidup mendekati nol untuk babi yang terinfeksi, tetapi tidak berbahaya bagi manusia.
Pemerintah setempat menepis kekhawatiran bahwa darah itu dapat menyebabkan penyebaran flu babi Afrika ke hewan-hewan berisiko lainnya, lantaran babi-babi itu telah didesinfeksi sebelum disembelih.
Mereka juga menambahkan bahwa langkah-langkah darurat telah dilakukan sebagai cara penanggulangan polusi setelahnya.
Advertisement