Liputan6.com, Beijing - China akan membeli vaksin virus Corona COVID-19 melalui program COVAX global untuk 1 persen dari populasinya, kata kementerian luar negeri setempat pada Jumat (9/10/2020).
Baca Juga
Advertisement
Langkah tersebut menunjukkan partisipasi China dalam program dan mengakomodasi kepentingan negara lain, juru bicara kementerian Hua Chunying mengatakan pada jumpa pers.
Sebelumnya pada, China mengatakan telah secara resmi bergabung dengan COVAX, menjadi negara ekonomi terbesar yang mendukung inisiatif tersebut hingga saat ini.
Juru bicara kementerian luar negeri China Hua Chunying mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa China memiliki kemampuan produksi vaksin COVID-19 yang cukup dan akan memprioritaskan penyediaan negara-negara berkembang ketika vaksin sudah siap.
Fasilitas COVAX, yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bertujuan untuk memberikan setidaknya dua miliar dosis vaksin pada akhir tahun 2021.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak video pilihan di bawah ini:
Vaksin COVID-19 Sinovac dari China Siap Didistribusikan Awal 2021
Sementara itu, perusahaan farmasi China, Sinovac mengumumkan pada Kamis 24 September 2020 bahwa vaksin Virus Corona yang dikembangkannya akan siap didistribusikan ke seluruh dunia pada awal 2021, termasuk ke Amerika Serikat.
Mengutip DW Indonesia, Yin Weidong, CEO Sinovac, berjanji akan mengajukan permohonan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (AS) untuk menjual vaksin Virus Corona di negeri Paman Sam itu, jika perusahaannya berhasil melewati uji klinis ketiga dan pengujian terakhir terhadap manusia. Yin mengklaim ia juga telah diberi vaksin percobaan.
"Awalnya, strategi kami dirancang untuk China dan Wuhan. Namun segera setelah itu pada Juni dan Juli, kami menyesuaikan strategi, yaitu (mendistribusikan vaksin) untuk dunia," kata Yin.
"Tujuan kami adalah memberikan vaksin kepada dunia termasuk AS, UE, dan lainnya," kata Yin.
Peraturan ketat di AS, Uni Eropa, Jepang, dan Australia secara historis memblokir penjualan vaksin China. Tetapi Yin berkata kondisi itu bisa berubah.
Advertisement