Kunjungi Vietnam dan Indonesia, PM Jepang Bakal Perkuat Kerja Sama Bidang Pertahanan

Dalam kunjungannya ke Vietnam dan Indonesia, PM Jepang berencana untuk memperkuat kerja sama di sektor pertahanan.

diperbarui 20 Okt 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2020, 08:00 WIB
Kunjungan PM Jepang ke Vietnam
PM Jepang Yoshihide Suga (kiri) berjalan bersama dengan PM Vietnam Nguyen Xuan Phuc meninjau pasukan kehormatan di Istana Kepresidenan, di Hanoi, Vietnam, Senin (19/10/2020). Yoshihide Suga melakukan kunjungan resmi ke Vietnam hingga 20 Oktober 2020. (Kham/Pool Photo via AP)

Jakarta - Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga akan mengikuti jejak pendahulunya Shinzo Abe dengan menjadikan dua negara ASEAN, Vietnam dan Indonesia sebagai tujuan kunjungan kerja luar negeri pertamanya sejak menjabat pada bulan September lalu.

"Saya pikir ini penting untuk ditunjukkan ... kami lebih menekankan dan mementingkan wilayah itu dan kami tertarik dengan situasi keamanan, terutama di Laut China Selatan," kata mantan diplomat Kunihiko Miyake, yang juga merupakan penasihat khusus Suga. Demikian seperti mengutip laman DW Indonesia, Senin (19/10/2020). 

Kepala Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato mengumumkan bahwa Suga akan mengunjungi Vietnam dan Indonesia pada pekan ini.

Kunjungan Suga juga bertepatan dengan upaya Jepang untuk mendiversifikasi rantai pasokannya dan mengurangi ketergantungan pada China.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pendekatan Tegas dan Tenang

Kunjungan PM Jepang ke Vietnam
PM Jepang, Yoshihide Suga (kanan) bersama PM Vietnam, Nguyen Xuan Phuc saat upacara penyambutan tamu negara di Istana Kepresidenan, di Hanoi, Vietnam, Senin (19/10/2020). Yoshihide Suga melakukan kunjungan resmi ke Vietnam hingga 20 Oktober 2020. (Kham/Pool Photo via AP)

Jepang harus berhati-hati menjaga hubungan ekonominya dengan China dan kaitannya dengan masalah keamanan, termasuk dorongan Beijing yang ingin menegaskan klaim pulau-pulau di Laut China Timur yang disengketakan.

Beberapa negara anggota ASEAN juga memiliki perselisihan teritorial dengan China di perairan Laut China Selatan. China mengklaim sebagian besar zona ekonomi eksklusif Vietnam serta Kepulauan Paracel dan Spratly, sementara Indonesia dibuat marah oleh gangguan penjaga pantai China ke zona ekonomi eksklusifnya di lepas Kepulauan Natuna.

Scott Harold, Direktur Asosiasi di Rand Corporation's Center for Asia-Pacific Policy, mengatakan pendekatan Jepang harus dilakukan dengan tegas, tenang, dan memprioritaskan kepentingannya tanpa meminta negara-negara lain untuk secara eksplisit melawan Cina.

Meningkatkan kerja sama pertahanan akan menjadi "titik kunci" dari perjalanan Suga ke Vietnam setelah tiga kapal Jepang bertandang ke pangkalan angkatan laut Cam Ranh di negara itu, demikian kata Ha Hoang Hop dari ISEAS-Yusof Ishak Institute yang berbasis di Singapura.

Pekan ini surat kabar Nikkei mengabarkan bahwa Jepang berencana menandatangani perjanjian dengan Vietnam untuk mengekspor peralatan dan teknologi pertahanan. Bahkan seorang pejabat Jepang mengatakan Tokyo tengah berunding tentang peningkatan kerja sama pertahanan dengan Hanoi dan Jakarta.


Akankah Indonesia Gabung Quad?

Pertemuan Quad Indo-Pasifik di Tokyo yang dihadiri oleh Menlu AS, Jepang, India dan Australia.
Pertemuan Quad Indo-Pasifik di Tokyo yang dihadiri oleh Menlu AS, Jepang, India dan Australia. (Foto: Kiyoshi Ota / Pool via AP)

Kunjungan Suga ke ASEAN dilakukan setelah para menteri luar negeri dari empat negara di kawasan Indo-Pasifik yakni India, Australia, Jepang, dan AS yang dikenal dengan sebutan kelompok Quad menggelar pertemuan di Tokyo pada 6 Oktober 2020. Washington melihat pertemuan tersebut sebagai benteng pertahanan melawan China.

Beijing telah mengecam Quad sebagai "mini-NATO" yang dimaksudkan untuk menahan China.

Hop dari ISEAS-Yusof Ishak Institute mengatakan Vietnam dapat mendukung Quad karena kelompok tersebut menjadi lebih inklusif dan karena Beijing menjadi lebih agresif di Laut China Selatan. Sementara Indonesia, bagaimanapun tetap harus waspada.

“Indonesia yang memiliki keunggulan pada sentralitas ASEAN, akan menjadi sangat ambivalen tentang Quad karena berpotensi merusak seluruh prinsip itu … Mereka tidak mungkin ikut serta dalam Quad,” kata Euan Graham dari International Institute for Strategic Studies yang berbasis di Singapura.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya