Planet Mirip Bumi Kini Bisa Dideteksi dengan Alat Temuan Tim Peneliti Australia

Penemuan ini akan digunakan pada salah satu teleskop optik terbesar di dunia, yaitu teleskop Subaru di Hawaii.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Okt 2020, 09:03 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2020, 09:03 WIB
Ilustrasi planet alien Kepler-186f yang diyakini sebagai kembaran Bumi (NASA Ames/SETI Institute/JPL-Caltech)
Ilustrasi planet alien Kepler-186f yang diyakini sebagai kembaran Bumi (NASA Ames/SETI Institute/JPL-Caltech)

Liputan6.com, Jakarta - Peneliti Australia berhasil mengembangkan alat sensor baru untuk memudahkan pendeteksian planet menyerupai Bumi, yang letaknya jauh menggunakan teleskop optik di planet manusia. Alat itu dkembangkan dengan bantuan kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin. 

Alat sensor muka gelombang fotonika (photonic wavefront sensor) baru itu dikembangkan tim peneliti dari Universitas Sydney. Alat itu mampu mengukur dan mengoreksi "twinkle", yaitu distorsi cahaya bintang yang terjadi saat kita memandang menembus atmosfer Bumi menggunakan teleskop optik.

"Cara utama yang kami gunakan untuk mengidentifikasi planet-planet yang mengelilingi bintang berjarak jauh adalah dengan mengukur gerakan menukik teratur pada cahaya bintang yang terjadi karena planet menghalangi bagian dari matahari mereka," papar Barnaby Norris, penulis utama penelitian tersebut, seperti dikutipn dari Xinhua, Jumat (22/10/2020).

Namun demikian, tipe metode pendeteksian tidak langsung ini, misalnya mengukur gerakan menukik cahaya bintang, akan melewatkan banyak informasi jika dibandingkan dengan mengambil gambar planet secara langsung menggunakan teleskop.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Digunakan pada Salah Satu Teleskop Optik Terbesar

Ilustrasi planet yang ditemukan Kepler: Kepler-22b, Kepler-69c, Kepler-452b, Kepler-62f, Kepler-186f, dan akhirnya Bumi
Ilustrasi planet yang ditemukan Kepler: Kepler-22b, Kepler-69c, Kepler-452b, Kepler-62f, Kepler-186f, dan akhirnya Bumi (NASA)

Untuk memecahkan masalah ini, alat sensor baru itu mengadopsi pendekatan yang berbeda terhadap metode yang sudah ada melalui penggabungan fotonika dengan kecerdasan buatan.

"Alat sensor baru ini menyatukan perangkat fotonika canggih dengan pembelajaran struktural (deep learning) dan teknik-teknik jaringan saraf guna mencapai tipe sensor muka gelombang yang belum pernah digunakan untuk teleskop berukuran besar," kata Norris.

Dengan potensi untuk memecahkan beberapa keterbatasan utama dari teknologi saat ini, penemuan tersebut akan digunakan pada salah satu teleskop optik terbesar di dunia, yaitu teleskop Subaru di Hawaii yang memiliki diameter 8,2 meter.

"Sebagian besar observasi terhadap eksoplanet dilakukan dengan teleskop yang mengorbit, misalnya Kepler milik NASA. Dengan penemuan kami, kami berharap dapat membangkitkan kembali observasi eksoplanet dari Bumi," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya