Penjaga Konsulat Prancis di Jeddah Jadi Korban Serangan Pisau Pria Arab Saudi

Seorang pria Arab Saudi menyerang dan melukai seorang penjaga di konsulat Prancis dengan senjata tajam di Jeddah.

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Okt 2020, 07:03 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2020, 07:03 WIB
Pengunjuk rasa di Pakistan membawa spanduk 'Boikot Prancis', dalam aksi protes terhadap penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad oleh tabloid Prancis Charlie Hebdo (AFP PHOTO / YONHAP)
Pengunjuk rasa di Pakistan membawa spanduk 'Boikot Prancis', dalam aksi protes terhadap penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad oleh tabloid Prancis Charlie Hebdo (AFP PHOTO / YONHAP)

Liputan6.com, Jeddah - Seorang pria Arab Saudi menyerang dan melukai seorang penjaga di konsulat Prancis dengan senjata tajam di Jeddah. Pria itu langsung ditangkap aparat.

Kedutaan Besar Prancis mengatakan, konsulat menjadi sasaran "serangan pisau yang menarget seorang penjaga." Pernyataan itu menambahkan, korban telah dibawa ke rumah sakit dan kondisinya tidak kritis.

"Kedutaan besar Prancis mengecam keras serangan terhadap properti diplomatik sebagai tindakan yang tidak dapat dibenarkan," menurut pernyataan kedutaan, seperti dilansir Antara, Jumat (30/10/2020).

Serangan itu terjadi setelah pria bersenjatakan pisau memenggal seorang perempuan dan menewaskan dua orang lainnya di Kota Nice, Prancis pada Kamis 29 Oktober pagi. Wali kota Nice menggambarkan serangan tersebut sebagai terorisme.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Dipicu Penerbitan Kartun Nabi

Kecam Pemenggalan Guru, Ribuan Warga Prancis Demo
Seorang demonstran memegang bendera Prancis dengan slogan "Freedom of Speech" selama demonstrasi di Paris (18/10/2020). Pembunuh Samuel merupakan pria kelahiran Moskow berusia 18 tahun yang ditembak mati oleh polisi. (AP Photo/Michel Euler)

Prancis masih berduka dengan kasus pemenggalan guru sekolah, Samuel Paty, oleh seorang pria asal Chechnya pada Oktober ini. Pelaku mengaku ingin membalas Paty karena telah memperlihatkan kartun Nabi Muhammad SAW dalam sebuah diskusi di kelas.

Sejak pembunuhan Paty, pejabat Prancis menegaskan kembali hak untuk memperlihatkan kartun tersebut, dan gambar-gambar itu secara luas dipajang dalam sebuah aksi solidaritas untuk guru tersebut.

Hal itulah yang telah memicu amarah di sebagian dunia Muslim, dengan sejumlah pemerintah menuduh Presiden Prancis Emmanuel Macron mengejar agenda anti-Islam.

Arab Saudi pada Selasa 27 Oktober mengecam kartun yang menghina Nabi Muhammad, namun kerajaan itu tidak menggemakan seruan dari berbagai negara Muslim lain untuk mengambil tindakan terkait gambar Nabi yang dipajang di Prancis.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya