Saeb Erekat, Diplomat Pejuang Kemerdekaan Palestina Meninggal Akibat COVID-19

Saeb Ekerat juga menjalani transplantasi paru-paru. Dokter mengatakan dia mengalami banyak masalah gagal organ.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 11 Nov 2020, 07:01 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2020, 07:01 WIB
Negosiator Palestina dan Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saeb Erekat. (Photo credit: ABBAS MOMANI/AFP)
Negosiator Palestina dan Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saeb Erekat. (Photo credit: ABBAS MOMANI/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Saeb Erekat, seorang pejabat senior Palestina dan negosiator yang dengan penuh semangat dan menganjurkan pembentukan negara Palestina merdeka sebagai resolusi untuk konflik Israel-Palestina, meninggal pada Selasa kemarin di sebuah rumah sakit di Yerusalem.

Dikutip dari laman The New York Times, Rabu (11/11/2020) ia pada usia 65 tahun. Rumah sakit, Pusat Medis Hadassah, mengaitkan kematian itu dengan Covid-19.

Pejabat di sana mengatakan, Erekat dirawat dalam kondisi kritis pada 18 Oktober dan membutuhkan ventilasi.

Ekerat juga menjalani transplantasi paru-paru. Mereka mengatakan dia mengalami banyak masalah gagal organ.

Selama tiga dekade, sebagai orang kepercayaan pemimpin Palestina Yasir Arafat dan penggantinya, Presiden Mahmoud Abbas dari Otoritas Palestina, Tuan Erekat adalah salah satu suara paling menonjol dari perjuangan Palestina.

Sebagai kepala negosiator untuk Palestina, dia adalah salah satu penulis utama dari bagian penting dari perjanjian perdamaian Oslo yang penting pada tahun 1990-an, perjanjian pertama antara Israel dan Palestina, yang membentuk pemerintahan Palestina di beberapa bagian yang sempat diduduki yaitu West Bank dan Jalur Gaza.

Meskipun publiknya kadang-kadang memberinya citra sebagai seorang penghasut, Erekat adalah seorang diplomat dengan latar belakang pendidikan Barat, disukai dan dihormati oleh banyak rekan Amerika dan Israel, yang menganggapnya jujur ​​dan berpengetahuan luas.

Tetapi ambisi hidupnya untuk membantu mewujudkan status kenegaraan Palestina dan mengakhiri pendudukan Israel membuatnya sangat frustrasi.

"Saya belum selesai dengan apa yang harus saya lakukan sejak lahir," dia baru-baru ini mengirim pesan kepada Tzipi Livni, mantan menteri luar negeri Israel dan mitra negosiasi.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

Berkabung Nasional

Warga Palestina membentang bendera negara mereka, bergembira menyambut rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah
Warga Palestina membentang bendera negara mereka, bergembira menyambut rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah (AP Photo/Khalil Hamra)

Tuan Abbas mengumumkan masa berkabung selama tiga hari, dengan bendera yang akan dikibarkan setengah tiang.

"Kepergian saudara dan teman kami, pejuang besar, Saeb Erekat, merupakan kerugian besar bagi Palestina dan rakyat kami, dan kami merasa sangat sedih atas kepergiannya, terutama mengingat keadaan sulit yang dihadapi perjuangan Palestina ini," Abbas mengatakan pada hari Selasa dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh Wafa, kantor berita resmi Palestina.

Ketika dia muncul ke kancah internasional pada tahun 1991, sebagai wakil kepala delegasi Palestina di konferensi perdamaian Madrid, dia menonjol di antara diplomat berjas hitam dengan keffiya hitam-putih yang melingkari leher. Syal, simbol perlawanan dan solidaritas Palestina, dipandang oleh delegasi Israel dan lainnya sebagai aksi publisitas provokatif.

Erekat berperan penting dalam merundingkan Persetujuan Oslo II pada tahun 1995, Protokol Hebron pada tahun 1997 dan Memorandum Sungai Wye pada tahun 1998, yang kesemuanya memindahkan wilayah yang dikuasai Israel ke Palestina.

Dia bertanggung jawab untuk menyusun teks perjanjian atas nama Palestina. Namun, di lain waktu, dia dikesampingkan oleh atasannya, yang lebih suka bernegosiasi melalui jalur belakang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya