Liputan6.com, Jakarta - Seorang pejabat tinggi di Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) tiba-tiba mengundurkan diri pada Selasa, 10 November 2020, sehari setelah Presiden Donald Trump memecat menteri pertahanannya Mark Esper.
Dikutip dari laman Washington Post, Rabu (11/10/2020) James Anderson, yang menjabat sebagai wakil menteri pertahanan untuk urusan kebijakan, memberi tahu rekan-rekannya tentang niatan mundur tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Hal itu terjadi hanya beberapa jam setelah Christopher Miller, seorang pejabat intelijen, yang dipercayai oleh Trump menjadi Menteri Pertahanan, memulai hari pertamanya dengan jabatan baru.
Trump memecat Mark T. Esper, sekretaris pertahanan keempatnya, dan melantik Miller ketika presiden dan sekutunya memperebutkan hasil pemilu pada 3 November 2020.
Kepergian Esper telah diperkirakan sejak Juni, ketika kepala Pentagon memutuskan hubungan dengan Trump terkait keinginan presiden untuk menggunakan pasukan aktif guna menangani protes terkait ras dan kekerasan polisi.
Kekacauan terjadi ketika pemerintahan Trump memblokir pemerintahan yang akan datang dari transisi pemerintahan yang diharapkan, karena Trump menolak untuk menyerah setelah kalah dalam pemilihan dari mantan wakil presiden Joe Biden. Tiga pejabat pertahanan mengatakan bahwa Departemen Pertahanan sedang menunggu persetujuan dari Administrasi Layanan Umum untuk memulai transisi.
Anderson adalah seorang pensiunan perwira intelijen Korps Marinir, dikonfirmasi pada tahun 2018 menjadi asisten sekretaris Pentagon untuk rencana dan strategi.
Wakil menteri kebijakan, di antara posisi paling senior Pentagon, bertanggung jawab untuk membuat keputusan tentang strategi pertahanan, penggunaan pasukan Amerika, dan opsi yang diberikan Pentagon kepada Gedung Putih tentang masalah militer. Mereka juga berinteraksi dengan pejabat senior asing.
Â
Saksikan Video Berikut Ini:
Pengganti
Belum jelas siapa yang akan menggantikan Anderson. Di antara mereka yang diharapkan untuk mencalonkan diri adalah Anthony J. Tata, seorang pensiunan jenderal Angkatan Darat yang sebelumnya dipilih menjadi wakil menteri tetapi pencalonannya ditunda musim panas ini karena perlawanan terjadi di Capitol Hill.
Tata mendapat tentangan dari Partai Demokrat di Komite Angkatan Bersenjata Senat untuk serangkaian tweet yang termasuk menyebut mantan presiden Barack Obama sebagai "pemimpin teroris," menggambarkan Islam sebagai agama kekerasan dan menyarankan bahwa mantan direktur CIA John Brennan berusaha untuk memerintahkan pembunuhan Trump.
Tata, yang kemudian diangkat sebagai wakil Anderson untuk sementara, kemudian mengatakan dia salah bicara di postingan media sosial.
Advertisement