Otoritas China Laporkan 6 Ribu Lebih Warganya Positif Brucellosis

Pemerintah China telah menguji 55.725 orang di kota, 6.620 di antaranya positif brucellosis.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 11 Nov 2020, 08:35 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2020, 08:35 WIB
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Liputan6.com, Beijing - Lebih dari 6.000 orang di Lanzhou, ibu kota provinsi Gansu di barat laut China, dites positif mengidap penyakit bakteri yang disebut brucellosis.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (11/11/2020) hal itu disampaikan oleh pemerintah setempat. Brucellosis adalah penyakit infeksi bakteri Brucella yang disebarkan dari hewan ke manusia.

Pemerintah telah menguji 55.725 orang di kota, 6.620 di antaranya positif brucellosis hingga saat ini, kata pemerintah Lanzhou, China pada konferensi pers, menurut laporan pada Kamis, 5 November.

Kasus ini merupakan lompatan besar dari 3.245 kasus positif brucellosis pada 14 September di China.

Manusia yang terpapar brucellosis memiliki gejala mirip flu melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, dengan makan atau minum produk hewani yang terkontaminasi, atau dengan menghirup udara, menurut Organisasi Kesehatan Dunia. Beberapa gejala bisa menjadi kronis dan tidak sulit hilang.

 

Saksikan Video Berikut Ini:

Kemunculan Brucellosis

Bendera China
Ilustrasi (iStock)

Menurut pernyataan dari komisi kesehatan Lanzhou tertanggal September, wabah tersebut berasal dari pabrik biofarmasi milik Industri Peternakan China.

Pabrik menggunakan disinfektan kadaluwarsa selama Juli hingga Agustus 2019 untuk memproduksi vaksin brucellosis, meninggalkan bakteri dalam gas limbah yang tercemar, katanya, mengutip hasil dari penyelidikan resmi.

Gas limbah yang terkontaminasi kemudian membentuk aerosol, yang dibawa oleh angin ke Institut Penelitian Hewan Lanzhou, tempat wabah pertama kali tercatat pada November tahun lalu, kata komisi kesehatan.

Lokakarya produksi vaksin brucellosis ditutup pada Desember tahun lalu dan dibongkar pada Oktober, menurut Global Times.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya