Liputan6.com, Wellington- Selandia Baru mengatakan pada Senin 16 November 2020 bahwa pihaknya belum diberi tahu tentang masalah apa pun yang terkait dengan daging beku ekspor.
Sebelumnya, otoritas Kota Jinan, Ibu Kota Provinsi Shandong, China mengatakan bahwa mereka telah mendeteksi COVID-19 pada daging sapi, dan pada kemasannya, dari Brasil, Bolivia, dan Selandia Baru, seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (16/11/2020).
Sementara itu, COVID-19 juga ditemukan pada kemasan pada daging babi dari Argentina, di ibu kota provinsi lainnya di China.
Advertisement
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru menyampaikan, "Selandia Baru belum diberitahu secara resmi oleh otoritas China".
"Para pejabat Selandia Baru sekarang sedang bekerja untuk memastikan asal dan kebenaran laporan ini," lanjut pernyataan tersebut.
Menurut pihak berwenang di Jinan, barang-barang atau makanan yang diimpor itu terkait dengan suatu unit dari Guotai International Group, dan Shanghai Zhongli Development Trade, dan masuk ke China melalui pelabuhan di Shanghai.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Berikut Ini:
COVID-19 Tak Ditemukan pada Daging Sapi Selandia Baru
Dalam sebuah wawancara di saluran televisi TVNZ, pada Senin 16 November, Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan bahwa ia telah diberitahu bahwa bukan daging sapi Selandia Baru yang terkontaminasi oleh COVID-19.
"Kami telah diberitahu bahwa (daging) itu adalah daging sapi Argentina, jadi kami hanya mencoba mencari tahu apa yang dilaporkan di sana," terang Ardern.
China, yang merupakan negara dengan pembeli daging sapi terbesar dunia, sebelumnya juga telah menemukan COVID-19 pada kemasan daging sapi Argentina di Shandong dan Jiangsu, dan pada kemasan daging sapi Brasil di Wuhan.
Kendati demikian, Negeri Tirai Bambu tersebut telah meningkatkan pengujian pada makanan beku setelah mendeteksi COVID-19 dalam produk impor.
Hal itu pun memicu larangan pada makanan impor, meskipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa risiko penularan COVID-19 dari makanan beku rendah.
Advertisement