Presiden Burkina Faso 2 Periode Pecat PM, Bubarkan Pemerintah

Presiden Burkina Faso dua periode itu memecat Perdana Menteri Christophe Dabiré pada Rabu 30 Desember 2020. Membubarkan pemerintahan.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Des 2020, 16:45 WIB
Diterbitkan 31 Des 2020, 16:45 WIB
Presiden Burkina Faso Roch Marc Christian Kaboré berbicara di hadapan para pendukungnya di Ouagadougou, 26 November 2020. (AFP)
Presiden Burkina Faso Roch Marc Christian Kaboré berbicara di hadapan para pendukungnya di Ouagadougou, 26 November 2020. (AFP)

Liputan6.com, Ouagadougou - Burkina Faso dikabarkan memiliki presiden yang sama dengan periode sebelumnya. Roch Marc Christian Kaboré, terpilih kembali untuk masa jabatan kedua.

Presiden Burkina Faso dua periode itu kemudian memecat Perdana Menteri Christophe Dabiré pada Rabu 30 Desember 2020. Ia membubarkan pemerintah, menurut dekret yang dikirim ke kantor berita AFP.

Pembubaran itu adalah prosedur umum setelah pemilu legislatif.

"Dekret Presiden (Burkina) Faso: fungsi Perdana Menteri dihentikan, pemerintah dibubarkan," demikian sepenggal bunyi dekret tersebut, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (31/12/2020).

Sejauh ini belum ada informasi tentang nama calon kepala pemerintahan Burkina Faso yang baru, atau kapan akan dilantik.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Juga Video Ini:


Partai Berkuasa Unggul

Bendera Burkina Faso (Freepik)
Bendera Burkina Faso (Freepik)

Presiden Kaboré terpilih kembali pada putaran pertama untuk masa jabatan kedua pada 22 November. Pemilihan presiden digabungkan dengan pemilihan legislatif, sebagian besar dimenangkan oleh partai yang berkuasa dan sekutunya.

Ekonom, mantan komisaris yang membidangi Perdagangan, Persaingan, dan Kerja Sama Ekonomi dan Uni Moneter Afrika Barat, Christophe Dabiré dilantik sebagai kepala pemerintahan pada Januari 2019.

Burkina Faso, negara yang miskin dan terkurung daratan dengan 20,5 juta penduduk, berkali-kali dilanda serangan militan sejak 2015, menewaskan sedikitnya 1.200 orang dan satu juta orang mengungsi secara internal.

Presiden Kaboré berjanji mewujudkan "keamanan dan stabilitas" di negara itu untuk masa jabatan kedua dan terakhirnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya