Cegah Penyebaran COVID-19, Lebanon Bakal Lockdown Hingga Tiga Minggu

Pemerintah Lebanon akan memberlakukan lockdown hingga tiga minggu guna mencegah penyebaran Virus Corona COVID-19.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 05 Jan 2021, 08:33 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2021, 08:33 WIB
Idul Adha di Tengah Pandemi
Umat Muslim mengenakan masker untuk mencegah penyebaran corona COVID-19, melaksanakan sholat Idul Adha sambil menjaga jarak sosial di Masjid Mohammad al-Amin di Beirut, Lebanon pada 31 Juli 2020. (AP Photo/Hassan Ammar)

Liputan6.com, Beirut - Lebanon telah mengumumkan penguncian penuh selama tiga minggu, termasuk jam malam, untuk membendung peningkatan infeksi COVID-19 yang mengancam rumah sakit di negara yang sudah menghadapi krisis keuangan tersebut. 

Menurut laporan Channel News Asia, Selasa (5/1/2021), Menteri Kesehatan sementara Hamad Hasan mengatakan bahwa lockdown akan dimulai pada Kamis dan berlangsung hingga 1 Februari, dengan perincian lebih lanjut tentang sektor mana yang akan dikecualikan.

Penguncian akan mencakup jam malam dari jam 6 sore hingga 5 pagi.

"Jelas bahwa tantangan pandemi telah mencapai tahap yang sangat mengancam nyawa warga Lebanon karena rumah sakit tidak mampu menyediakan tempat tidur," kata Hasan kepada wartawan setelah pertemuan komite kementerian tentang COVID-19.

Lebanon mendaftarkan 2.870 infeksi baru pada hari Minggu, sehingga totalnya menjadi 189.278 kasus dan 1.486 kematian sejak 21 Februari.

Lockdown baru dilakukan di tengah kekhawatiran akan melonjaknya angka pengangguran, inflasi dan kemiskinan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Kondisi di Lebanon

Warga Lebanon Serbu Supermarket
Seorang pria dengan masker dan sarung tangan berbelanja saat orang-orang mulai membeli persediaan di supermarket di Beirut, Rabu (11/3/2020). Total 61 orang yang dinyatakan positif virus Corona di Lebanon dimana pasien pertama sudah dinyatakan sembuh dan terbebas dari virus itu. (AP/Hussein Malla)

Lebanon menghadapi krisis keuangan parah yang telah menghancurkan mata uang hingga melumpuhkan bank.

Persediaan medis pun juga menyusut karena dolar semakin langka.

Unit perawatan intensif sebelumnya telah mencapai kapasitas kritis selama musim panas ketika virus menyebar setelah ledakan besar terjadi di dermaga hingga menghancurkan sebagian wilayah Beirut, menewaskan 200 orang dan menghancurkan beberapa rumah sakit.

Kepatuhan terhadap jarak sosial dan tindakan pencegahan lainnya masih lemah dan sekarang ada kekhawatiran akan peningkatan kasus yang signifikan setelah liburan Natal dan Tahun Baru.

"Ini masalah besar. Dalam sepuluh hari ke depan akan sangat sulit dan kami memperkirakan angka kematian meningkat karena infeksi meningkat," kata Mahmoud Hassoun, kepala unit perawatan kritis di rumah sakit Rafik Hariri, kepada Reuters.

"Kapasitas kami hampir penuh sekarang dan kami bahkan belum melihat efek dari periode liburan."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya