Jelang Pelantikan Joe Biden Korut Pamer Rudal Baru yang Diklaim Paling Kuat Sedunia

Unjuk kekuatan militer berupa rudal balistik milik Korea Utara dilakukan beberapa hari sebelum pelantikan Joe Biden sebagai presiden AS. Media pemerintah menggambarkan sebagai "senjata paling kuat di dunia".

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 15 Jan 2021, 12:21 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2021, 11:58 WIB
FOTO: Senyum Semringah Kim Jong-un Saksikan Parade Militer Korea Utara
Rudal-rudal ditampilkan selama parade militer menandai kongres partai yang berkuasa di Lapangan Kim Il-sung, Pyongyang, Korea Utara, Kamis (14/1/2021). Wartawan independen tidak diberi akses untuk meliput acara ini. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara meluncurkan rudal balistik jenis terbaru yang bisa diluncurkan oleh kapal selam. Media pemerintah menggambarkan hal ini sebagai "senjata paling kuat di dunia".

Beberapa rudal ditampilkan pada parade yang diawasi oleh pemimpin Kim Jong-un, lapor media pemerintah Korea Utara, demikian dikutip dari laman BBC, Jumat (15/1/2021).

Unjuk kekuatan militer itu dilakukan beberapa hari sebelum pelantikan Joe Biden sebagai presiden AS.

Ini juga mengikuti pertemuan politik yang jarang terjadi di mana Kim mengutuk AS sebagai "musuh terbesar" negaranya.

Gambar yang dirilis oleh media pemerintah Korea Utara menunjukkan setidaknya empat rudal besar hitam-putih sedang melewati kerumunan yang melambai-lambaikan bendera.

Analis mencatat itu adalah senjata yang sebelumnya tak terlihat.

"Tahun baru, Pukguksong baru," cuit pakar Korea Utara Ankit Panda, menggunakan nama North Korean untuk rudal balistik yang diluncurkan oleh kapal selam (SLBM) mereka.

Dibalut mantel kulit dan topi bulu, Kim digambarkan tersenyum dan melambai saat menyaksikan pertunjukan di Lapangan Kim Il-sung di Pyongyang, yang juga termasuk pasukan infanteri, artileri, dan tank.

"Senjata paling kuat di dunia, rudal balistik peluncuran kapal selam, memasuki alun-alun satu demi satu, dengan kuat menunjukkan kekuatan angkatan bersenjata revolusioner," kata Kantor Berita Pusat Korea resmi.

Acara pada Kamis kemarin tidak menampilkan rudal balistik antarbenua (ICBM) terbesar Korea Utara, yang diluncurkan pada parade militer yang jauh lebih besar pada bulan Oktober.

Senjata kolosal itu diyakini dapat mengirimkan hulu ledak nuklir ke mana saja di AS, dan ukurannya mengejutkan bahkan analis berpengalaman ketika dipamerkan tahun lalu.

Dalam pidatonya kepada anggota di akhir kongres lima tahunan Partai Buruh yang berkuasa minggu lalu, Kim telah berjanji akan memperluas senjata nuklir dan potensi militer Korea Utara.

Serta, menguraikan daftar senjata yang diinginkan termasuk rudal balistik jarak jauh yang mampu diluncurkan dari darat atau laut.

Dia juga mengatakan bahwa AS adalah "penghalang terbesar bagi revolusi kami dan musuh terbesar kami, tidak peduli siapa yang berkuasa, sifat sebenarnya dari kebijakannya terhadap Korea Utara tidak akan pernah berubah".

 

Saksikan Video Berikut Ini:

Pesan untuk Amerika Serikat

FOTO: Senyum Semringah Kim Jong-un Saksikan Parade Militer Korea Utara
Rudal-rudal terlihat pada truk selama parade militer menandai kongres partai yang berkuasa di Lapangan Kim Il-sung, Pyongyang, Korea Utara, Kamis (14/1/2021). Wartawan independen tidak diberi akses untuk meliput acara ini. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Peluncuran rudal baru ini tampaknya dirancang untuk mengirim pesan ke pemerintah AS tentang kehebatan militer Korea Utara, kata para ahli.

"Mereka ingin kami memperhatikan bahwa mereka semakin mahir dengan rudal yang lebih besar," tweet Panda.

Selama empat tahun terakhir, Pyongyang memiliki hubungan yang tidak menentu dengan AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.

Kim dan Trump terlibat dalam penghinaan dan ancaman perang bersama sebelum pertemuan puncak yang belum pernah terjadi sebelumnya di Singapura pada tahun 2018.

Terlepas dari memanasnya hubungan, hanya sedikit kemajuan konkret yang dibuat pada negosiasi program nuklir Korea Utara dan KTT kedua di Hanoi pada 2019 gagal setelah AS menolak tuntutan Pyongyang untuk mencabut sanksi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya