Liputan6.com, Stockholm - Pemerintah Swedia mengumumkan pemberlakuan larangan masuk dari Norwegia mulai Minggu 24 Januari. Keputusan diambil setelah Norwegia mendeteksi mutasi COVID-19 yang lebih menular.
Kementerian Luar Negeri Swedia turut meminta agar warga tidak berkunjung ke Norwegia jika tak ada kebutuhan mendesak.
Advertisement
Baca Juga
"Pencekalan diterapkan dari tengah malam hingga 14 Februari dan bisa diperpanjang jika perlu," ujar Menteri Dalam Negeri Mikael Damberg, seperti dilaporkan The Local, Minggu (25/1/2021).
Pemerintah Norwegia menerapkan protokol kesehatan yang ketat di ibu kota Oslo dan sembilan munisipalitas pada Sabtu 23 Januari akibat penyebaran mutasi yang lebih menular.
Swedish Public Health Agency akhirnya memberikan rekomendasi agar mencekal travel ke Norwegia. Mutasi COVID-19 dari Inggris sebetulnya juga sudah menular di Swedia dan sekitar 50 orang sudah tertular.
Swedia turut memperpanjang pencekalan dari Inggris dan Denmark. Kebijakan itu sudah mulai dari sejak Desember.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Jerman Deteksi Penemuan Mutasi Baru COVID-19, Berbeda dari Inggris dan Afsel
Jerman mendeteksi varian baru Virus Corona COVID-19 di antara 35 pasien yang baru terinfeksi di Kota Garmisch-Partenkirchen.
Para dokter yang menemukannya mengatakan bahwa mutasi baru COVID-19 itu berbeda dengan yang ditemukan di Inggris maupun di Afrika Selatan.
Mereka juga belum mengetahui seberapa menular varian COVID-19 terbaru itu.
"Varian baru itu belum diketahui seberapa menular, atau seberapa mematikan," terang Direktur Rumah Sakit di Garmisch-Partenkirchen, Frank Niederbühl, seperti dikutip dari Deutsche Welle (DW), Selasa (19/1).
"Fakta bahwa itu adalah varian yang baru, belum berarti lebih menular," jelasnya.
Wakil direktur medis, Clemens Stockklausner, juga memperingatkan bahwa belum ada alasan untuk panik.
"Kita harus menunggu hasil sequencing yang lengkap. Saat ini kami sama sekali belum bisa mengatakan, apakah mutasi ini memiliki relevansi klinis," kata Stockklausner kepada wartawan.
Sementara itu, sampel varian baru COVID-19 tersebut sudah dikirim ke Rumah Sakit Charite Berlin, untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Stockklausner menjelaskan bahwa mutasi baru itu berbeda dengan yang ditemukan di Inggris dan Afrika Selatan.
Varian yang ditemukan di Inggris dan Afrika Selatan lebih menular, meskipun tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah atau kematian.
Selain itu, ditekankan juga oleh para ahli medis bahwa varian baru tidak mengurangi dampak dari vaksin COVID-19 yang saat ini digunakan di Jerman.
Advertisement
Jenis Mutasi di Indonesia
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, pada Kamis sore, 21 Januari 2021, mengatakan bahwa meningkatnya kasus Corona di Indonesia tidak terkait dengan varian Virus Corona B117 asal Inggris, melainkan Virus Corona D614G.
Hal tersebut diketahui dari hasil pelacakan whole genome sequencing yang dilakukan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman. Ternyata jenis mutasi Virus Corona yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah D614G.
Kepala LBM Eijkman, Amin Soebandrio, mengatakan bahwa berdasarkan isolat yang telah dikumpulkan sejak Oktober 2020 hingga saat ini, 99 persen virus SARS-CoV-2 telah membawa mutasi D614G.
"Di Indonesia sejauh ini D614G ini masih sekitar 69 persen, tetapi juga kalau kita lihat di bulan-bulan yang sama misalnya Oktober hingga belakangan mungkin persentasenya agak lebih banyak," kata Amin kepada Health Liputan6.com pada Jumat (22/1).
Terkait penularan, Amin mengatakan bahwa belum ada data yang dapat membuktikan mutasi Virus Corona D614G jauh lebih menular. "Kata teman-teman di luar juga biasanya penyebaran lebih banyak karena pergerakan manusia. Artinya, virusnya sendiri tidak beterbangan ke sana kemari," ujarnya.
Infografis COVID-19:
Advertisement