Liputan6.com, Tokyo - AstraZeneca berencana memproduksi 90 juta dosis vaksin COVID-19 di Jepang. Produksi vaksin itu akan dikelola oleh JCR Pharmaceuticals Co. di Prefektur Hyogo.
Jepang merupakan salah satu negara yang memesan vaksin AstraZeneca. Jepang memesan 120 juta dosis dari AstraZeneca, jumlah itu cukup bagi sekitar 60 juta orang.
Advertisement
Baca Juga
Menurut laporan Kyodo, Kamis (28/1/2021), jumlah 90 juta dosis vaksin itu setara dengan 75 persen jumlah vaksin pesanan Jepang. Sisa 30 juta akan diimpor pada Maret 2021.
"Sangatlah penting untuk memiliki sistem produksi vaksin di dalam negeri," ujar Kepala Sekrataris Kabinet Katsunobu Kato.
Pemerintah Jepang memberikan subsidi bagi perusahaan vaksin yang melakukan produksi vaksin dalam negeri.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Jepang Mulai Vaksinasi COVID-19 pada Februari 2021
Pemerintah Jepang baru akan melaksanakan vaksinasi COVID-19 pada akhir Februari 2021. Prioritas pertama adalah staf medis.
Saat ini, Jepang baru menjalani simulasi vaksinasi.
Jepang memilih vaksin AstraZeneca, Pfizer, dan Moderna. Total keseluruhan ada 310 juta vaksin yang cakup untuk 157 orang.
Poplasi di Jepang saat ini sekitar 126 juta, sehingga ada surplus vaksin.
Advertisement
Masalah Produksi Vaksin AstraZeneca
Uni Eropa mengancam akan memblokir ekspor vaksin Virus Corona COVID-19 ke negara-negara di luar blok seperti Inggris, setelah AstraZeneca dituduh gagal memberikan penjelasan yang memuaskan atas kekurangan besar dosis yang dijanjikan kepada negara-negara anggota.
Mengutip The Guardian, Selasa (26/1), rencana distribusi baru perusahaan farmasi itu dikatakan "tidak dapat diterima" setelah "secara mengejutkan" memberi tahu komisi Eropa pada Jumat 22 Januari akan ada kekurangan yang signifikan pada jadwal aslinya.
Uni Eropa akan menerima dosis 100 juta pada kuartal pertama 2021.
Tetapi dikhawatirkan blok tersebut hanya akan menerima setengah dari itu meskipun melakukan pembelian di muka yang besar sebelum otorisasi vaksin COVID-19 oleh badan obat-obatan Eropa.
Dalam pembicaraan sengit dengan kepala eksekutif AstraZeneca, Pascal Soriot, pada hari Senin, presiden komisi Eropa, Ursula von der Leyen , mengatakan perusahaan harus memenuhi kewajiban kontraknya.
Juru bicara Von der Leyen mengatakan: “Dia menjelaskan bahwa dia mengharapkan AstraZeneca untuk memenuhi pengaturan kontrak yang diramalkan dalam perjanjian pembelian di muka."
Dia mengingatkan Soriot bahwa Uni Eropa telah menginvestasikan sejumlah besar uang di perusahaan di muka dengan tepat untuk memastikan bahwa produksi ditingkatkan bahkan sebelum otorisasi pasar bersyarat diberikan oleh Badan Obat-obatan Eropa.
Infografis COVID-19:
Advertisement