Rusia Usir 3 Diplomat, Uni Eropa Siap Balas dengan Sanksi

Uni Eropa mengajukan proposal sanksi untuk Rusia atas pengusiran diplomat.

diperbarui 10 Feb 2021, 16:34 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2021, 16:34 WIB
Ilustrasi bendera Uni Eropa (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Uni Eropa (AFP Photo)

Jakarta - Kepala Kebijakan Uni Eropa Josep Borrell mengatakan bahwa 27 negara Uni Eropa harus bertindak secara tegas terhadap Rusia terkait penahanan Alexei Navalny dan pengusiran tiga diplomat.

Mengutip DW Indonesia, Rabu (10/2/2021), Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell akan mengajukan proposal sanksi terhadap Rusia. Rencana itu akan disampaikannya dalam pertemuan seluruh menteri luar negeri EU pada 22 Februari mendatang.

"Negara-negara anggota EU akan memutuskan langkah selanjutnya. Tetapi ya, ini bisa termasuk sanksi. Dan saya akan mengajukan proposal konkret, menggunakan hak inisiatif yang dimiliki perwakilan tinggi," kata Borrell kepada anggota parlemen Uni Eropa. Namun Borrell tidak merinci detail proposalnya.

"Upaya perlawanan harus mencakup penggabungan tindakan yang kuat terhadap disinformasi, serangan siber, dan kemungkinan tantangan hybrid lainnya," katanya.

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:


Aksi Saling Usir Diplomat

Bentrok, Polisi Rusia Tahan Ribuan Pendukung Alexei Navalny
Orang-orang berkumpul di Lapangan Pushkin selama protes terhadap pemenjaraan pemimpin oposisi Alexei Navalny di Moskow, Rusia, Sabtu (23/1/2021). Demo ini mengecam pemerintah Vladimir Putin dan menuntut pembebasan pemimpin oposisi Alexie Navalny. (AP Photo/Pavel Golovkin)

Jerman, Polandia, dan Swedia pada hari Senin (08/02) telah mengusir seorang pegawai kedutaan Rusia di masing-masing negara mereka. Aksi tersebut merupakan tindakan balas dendam yang terkoordinasi terhadap pengusiran diplomat Jerman, Polandia, dan Swedia oleh Rusia pada pekan lalu.

Kementerian Luar Negeri Jerman mengatakan keputusan Rusia mengusir diplomat sejumlah negara tidak dapat dibenarkan dengan cara apa pun. "Kementerian Luar Negeri menyatakan 'persona non grata' kepada pegawai kedutaan Rusia di Berlin," bunyi pernyataan Kemenlu Jerman.

Tindakan Moskow mengusir para diplomat EU pada hari Jumat (05/02) jadi tamparan ekstra bagi Uni Eropa karena terjadi saat Borrell bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.

Bahkan Borrell mengaku mengetahui tentang pengusiran tersebut dari media sosial. Borrell mengatakan, salah satu tujuan kunjungannya adalah "untuk menguji apakah pihak berwenang Rusia tertarik pada upaya serius untuk memulihkan kerusakan hubungan." Namun, "jawabannya sudah jelas. Tidak."

"Rusia telah mencoba untuk memecah belah kita. Mereka berusaha untuk memecah belah kita," kata Borrell memperingatkan.


Borrell Diminta Mengundurkan Diri

Dalam file foto pada Minggu, 24 Februari 2019 ini, pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny ikut serta dalam pawai untuk mengenang pemimpin oposisi Boris Nemtsov di Moskow, Rusia.(Photo credit: AP Photo/Pavel Golovkin, File)
Dalam file foto pada Minggu, 24 Februari 2019 ini, pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny ikut serta dalam pawai untuk mengenang pemimpin oposisi Boris Nemtsov di Moskow, Rusia.(Photo credit: AP Photo/Pavel Golovkin, File)

Dacian Ciolos, pemimpin kelompok parlemen Renew Europe yang berhaluan tengah, mengatakan kunjungan Borrell merupakan "kesalahan serius" yang telah merusak kredibilitas Uni Eropa.

"Itu adalah tindakan simbolis yang gagal dan akhirnya menjadi bumerang," kata Ciolos.

Kelompok politik Ciolos bersama beberapa negara anggota UE telah menyarankan Borrell agar tidak melakukan kunjungan tersebut.

Menjelang debat pada Selasa (09/02), sekelompok anggota parlemen pun meminta Borrell untuk mengundurkan diri setelah misi diplomatik yang dinilai "memalukan" itu.

Menurut mereka, pejabat terkemuka Uni Eropa seharusnya membalas Lavrov - yang berbicara tentang "arogansi" Uni Eropa atas kasus Navalny - dan mengakhiri perjalanannya segera setelah Borrell mengetahui pengusiran para diplomat itu.

"Tuan Borrell berulang kali gagal membela kepentingan Uni Eropa," demikian bunyi surat kepada Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen yang dibacakan oleh lebih dari 80 anggota parlemen Uni Eropa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya