Liputan6.com, Manila - Kementerian Kesehatan Filipina mengonfirmasi kasus mutasi COVID-19 yang berasal dari Afrika Selatan.
Dikutip dari laman Nikkei Asia, Selasa (2/3/2021), otoritas setempat juga mengkhawatirkan soal keampuhan vaksin yang saat ini tengah dilakukan di negara yang berbatasan dengan Indonesia tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Dari enam kasus mutasi COVID-19 Afrika Selatan, tiga adalah transmisi lokal dan sisanya di antara orang Filipina yang kembali dari luar negeri.
Sejak 1 Maret, Filipina telah melakukan vaksinasi pada warga negaranya.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte serta Menteri Kesehatan Francisco Duque III tidak akan memakai vaksin COVID-19 merek Sinovac. Alasannya, Filipina melarang warga usia 60 tahun ke atas untuk memakai Sinovac.
Filipina baru mendapat donasi Sinovac dari China pada Minggu, 28 Februari.
"FTD (Fransisco T. Duque) tidak akan divaksinasi dengan Sinovac sebagaimana ketentuan EUA (emergency use authorization) tidak menyertakan usia 60 tahun ke atas," ujar pihak Kemenkes Filipina , seperti dikutip Inquirer.
Sementara itu, usia Presiden Duterte juga sudah 75 tahun, sehingga dia juga tidak akan memakai Sinovac.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Berikut Ini:
Utamakan Petugas Kesehatan
Kemenkes Filipina berkata akan memprioritaskan petugas kesehatan garis depan pada vaksinasi tahap pertama ini.
Presiden Duterte menyambut baik kedatangan vaksin Sinovac dari China dan menyampaikan apresiasi. Meski demikian, pemerintahan Filipina juga ingin mendatangkan vaksin COVID-19 dari Eropa.
Berdasarkan data Johns Hopkins University, total kasus COVID-19 di Filipina mencapai 576 ribu. Filipina adalah negara kedua di Asia Tenggara dengan kasus tertinggi setelah Indonesia.
Advertisement