Riset Superkomputer Jepang: Masker Ganda Tak Selalu Efektif Tangkal COVID-19

Simulasi oleh superkomputer Fugaku Jepang menunjukkan, mengenakan dua masker wajah tak selalu efektif menangkal transimisi COVID-19. Sejumlah syarat harus diperhatikan pengguna masker.

oleh Hariz Barak diperbarui 07 Mar 2021, 15:01 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2021, 15:01 WIB
Ilustrasi orang pakai masker saat wabah Virus Corona COVID-19 di Indonesia. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)
Ilustrasi orang pakai masker saat wabah Virus Corona COVID-19 di Indonesia. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Liputan6.com, Kobe - Simulasi oleh superkomputer Fugaku Jepang telah menunjukkan bahwa mengenakan dua masker wajah tak selalu efektif menangkal transimisi virus corona COVID-19.

Syarat-syarat tertentu harus diperhatikan pengguna dalam mengenakan teknik masker ganda. Jika itu tidak terpenuhi, riset tersebut justru menyarankan orang-orang untuk menggunakan satu masker saja, namun yang terbuat dari bahan optimal serta memiliki struktur penyangga yang pas.

Riset tersebut menyebut bahwa masker ganda memiliki efek yang kurang lebih sama dengan mengenakan satu masker nonwoven yang pas dalam mengurangi penyebaran droplet, tim yang dipimpin oleh para peneliti di lembaga yang berafiliasi dengan pemerintah Riken mengatakan pada Kamis 4 Maret 2021.

"Justru, sangat penting untuk hanya mengenakan masker tunggal, yang terbuat dari kain nonwoven, dengan tepat," kata tim, yang dipimpin oleh Makoto Tsubokura, profesor di Universitas Kobe seperti dikutip dari the Japan Times, Sabtu (6/3/2021).

Tim mensimulasikan efek untuk menangkal penyebaran tetesan ketika masker nonwoven dikenakan dengan ketat dengan menggunakan kawat penyangga di batang hidung. Hal itu kemudian dibandingkan dengan masker berbahan sama namun digunakan tanpa kawat atau struktur penyangga.

Ketika masker cocok dengan baik, 85% tetesan berhasil ditangkal,

Namun, efeknya menjadi turun menjadi 69% untuk masker yang tidak pas --termasuk untuk masker ganda yang terbuat dari bahan atau yang berstruktur tidak optimal, kata tim.

Ketika masker nonwoven yang tidak pas ditutupi oleh masker berbahan urethane (ethyl carbamate), efek pengurangan mencapai 89%, atau setara dengan sebuah masker unwoven dengan berstruktur penyangga yang pas, menurut simulasi.

"Masker memiliki batasan dalam efeknya untuk menangkal penyebaran tetesan," kata Tsubokura.

"Penting untuk mengambil langkah-langkah melawan penyakit menular secara komprehensif, termasuk mencuci tangan, memastikan ventilasi, menjaga jarak sosial dan membatasi durasi kontak dengan orang lain," katanya.

 

Simak video pilihan berikut:

Rekomendasi

Ilustrasi orang pakai masker saat wabah Virus Corona COVID-19 di Indonesia. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)
Ilustrasi orang pakai masker saat wabah Virus Corona COVID-19 di Indonesia. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Bagi masyarakat yang ingin mengenakan dua masker untuk menghindari kerusakan pada kulitnya, Tsubokura merekomendasikan mereka untuk mengenakan masker yang lebih ketat di dalamnya.

Tsubokura juga mengatakan bahwa droplet tetesan juga bisa menyebar luas di belakang seseorang ketika dia bergerak, seperti berjalan atau jogging.

Dia menambahkan bahwa jika orang yang terinfeksi berbicara saat berada di eskalator, akan ada risiko lebih tinggi orang di belakang terinfeksi.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau CDC mengatakan bulan lalu bahwa memasang masker kain di atas masker prosedur medis --dan menyimpulkan loop telinga masker prosedur medis dan kemudian menyelipkan dan meratakan bahan tambahan yang dekat dengan wajah-- secara substansial melindungi pemakai dari paparan virus, menyoroti pentingnya ukuran dan struktur yang baik untuk memaksimalkan efektivitas masker.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya