Liputan6.com, Jakarta - Pada 26 Januari 2018, trio roket pendengar NASA diluncurkan dari Fairbanks, Alaska, dalam misi menciptakan awan noctilucent buatan.
Awan ini dikenal juga sebagai Polar Mesospheric Clouds (PMC), yaitu gumpalan kristal es yang terbentuk setinggi sekitar 50 mil (80 kilometer) dan berkilau selama senja musim panas. Awan ini juga diketahui dapat memantulkan sinar matahari dari tempat bertengger di ketinggian.
Baca Juga
Mengutip dari Astronomy, Rabu (10/3/2021), roket utama yang dijuluki "Super Soaker" - mengerahkan tabung peledak yang berisi sekitar 485 pon (220 kilogram) air di ketinggian sekitar 53 mil (85 km).
Advertisement
Dua roket pendukung menembakkan pelacak uap, aliran gas aluminium trimetil yang bereaksi dengan oksigen di atmosfer dan luminesce yang berguna membantu melacak angin.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Juga Video Berikut Ini:
Apa hasil penelitian tersebut?
Penelitian itu dimaksudkan untuk menyelidiki mengapa PMC begitu sering disebabkan oleh pembuangan air dari peluncuran roket.
Sebuah peluncuran pesawat ulang-alik tunggal - dan knalpot dari tiga mesin utamanya - dapat menghasilkan sekitar 10 hingga 20 persen dari semua PMC yang diamati di Arktik atau Antartika dalam satu musim.
Hasilnya, yang diterbitkan pada 1 Februari di Journal of Geophysical Research adalah Space Physics, yang menunjukkan bahwa pembuangan air tidak lebih dari sekadar menyediakan bahan untuk awan es.
Injeksi air yang eksplosif juga mendinginkan lingkungan sekitar sekitar 45 derajat Fahrenheit (25 derajat Celcius) dan dalam beberapa detik, mendorong PMC untuk terbentuk.
Reporter: Veronica Gita
Advertisement