Liputan6.com, Tel Aviv - Benjamin Netanyahu mengklaim kemenangan pada pemilu Israel yang digelar Selasa (23/2). Akan tetapi, hasil exit poll atau hitung cepat menunjukan bahwa Partai Likud berpotensi kehilangan mayoritas.
Berdasarkan laporan Deutsche Welle, Rabu (24/3/2021), Partai Likud awalnya diprediksi meraih antara 31 dan 33 kursi di parlemen Knesset. Sementara, partai oposisi Lapid Yesh Atid meraih 16 hingga 18 kursi.
Advertisement
Baca Juga
Kini, hasil exit poll menunjukan bahwa kedua partai kurang lebih seimbang sehingga tidak ada mayoritas.
Naftali Bennett, mantan sekutu Netanyahu, berkata kemungkinan harus sengketa di pengadilan. Pengamat politik juga memperkirakan Netanyahu akan kesulitan membangun koalisi pemerintah.
Sebelumnya, Netanyahu sudah keburu mengklaim bahwa pemilu Israel merupakan "kemenangan besar" bagi sayap kanan.
"(Pemilih) memberikan kemenangan besar kepada sayap kanan dan Likut di bawah kepemimpinan saya," ujar Netanyahu di Facebook dan Twitter.
Netanyahu lantas tidak mengulang pernyataan kemenangannya di malam pemilu. Hasil pemilu diperkirakan baru keluar pada akhir minggu ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Oposisi Percaya Diri
Pemimpin partai oposisi, Yair Lapid, yakin akan ada blok anti-Netanyahu sebagai mayoritas pemerintah. Partai Yesh Atid siap menjadi di urutan kedua setelah Likud.
"Pada saat ini, Netanyahu tidak memiliki 61 kursi," ujar Lapid yang berhaluan moderat.
Selama ini, oposisi mengkritik Netanyahu atas penanganan COVID-19. Lapid mengaku sudah mulai berbicara dengan para pemimpin partai sembari menunggu hasil resmi.
"Kami akan melakukan segalanya untuk menciptakan pemerintahan yang waras di Israel," jelasnya.
Advertisement
Nasib Likud
Israel adalah negara parlementer, sehingga partai harus memiliki mayoritas untuk menangkat perdana menteri. Jumlah mayoritas yang dibutuhkan adalah 61 kursi.
Saat ini, Likud memiliki 37 kursi, dengan koalisi yang terdiri atas United Torah Judaism, Blue and White, serta beberapa partai lain.
Netanyahu telah berkuasa di Israel sejak 2009. Ia menggantikan Ehud Olmert yang merupakan mantan wali kota Yerusalem.
Sebelum 2009, Netanyahu sempat berkuasa selama tiga tahun sebagai PM Israel pada 1996-1999.