Turki Berang Usai Dengar Tuduhan Emmanuel Macron Soal Intervensi Pemilu Prancis

Perselisihan ini muncul saat Turki dan Prancis sedang meredakan ketegangan hubungan yang mencapai titik terendah setelah Recep Tayyip Erdogan menuduh Prancis sangat Islamofobia.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 25 Mar 2021, 14:36 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2021, 14:35 WIB
Dukungan Warga Turki untuk Tentaranya yang Perangi Kurdi di Suriah
Isikli Tosun Baba (60) melambaikan bendera saat pasukan Turki bergerak melewatinya di Oncupinar, Kilis, Turki, Minggu (28/1). Aksi itu dilakukan untuk mendukung serangan pasukan Turki ke kantung Kurdi di Afrin, Suriah. (AP Photo/Lefteris Pitarakis)

Liputan6.com, Ankara - Turki membantah tuduhan Presiden Emmanuel Macron yang sebelumnya mengatakan bahwa Ankara akan ikut campur dalam pemilu Prancis dengan memanipulasi opini publik.

Dalam sebuah wawancara dengan televisi France 5, Macron menuduh media pemerintah Turki terlibat dalam "upaya kebohongan" dan menggambarkan Prancis memiliki "masalah dengan Islam".

"Jelas dengan memanipulasi opini publik akan ada upaya untuk mengganggu pemilu berikutnya," kata Macron.

Prancis dijadwalkan menggelar pemilihan presiden tahun depan, demikian dikutip dari laman usnews, Kamis (25/3/2021).

Pernyataan itu muncul meskipun ada upaya dari Turki dan Prancis untuk meredakan ketegangan hubungan yang mencapai titik terendah setelah Recep Tayyip Erdogan menuduh Prancis sangat Islamofobia.

Selain itu, Turki juga mengatakan Macron perlu menjalani pemeriksaan mental.

Kedua negara juga berselisih tentang masalah lain, termasuk sengketa hak energi di Mediterania timur dan intervensi militer Turki di Libya.

Kedua pemimpin mengadakan konferensi video awal bulan ini, dalam upaya untuk mengakhiri perselisihan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Berikut Ini:


Sebut Ucapan Macron Berbahaya

Presiden Prancis Emmanuel Macron (AP/Phillipe Wojazer)
Presiden Prancis Emmanuel Macron (AP/Phillipe Wojazer)

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Turki Hami Aksoy merilis pernyataan yang menyebut klaim Macron "berbahaya".

"Turki tidak memiliki agenda terkait politik dalam negeri Prancis selain dari kesejahteraan, perdamaian, dan harmoni dari 800.000 komunitas Turki yang tinggal di negara itu," kata Aksoy.

Aksoy juga menyatakan kekecewaannya bahwa Emmanuel Macron membuat komentar tersebut pada saat Prancis dan Turki mengambil langkah untuk memastikan hubungan yang lebih baik.

"Kami ingin mengingatkan Prancis bahwa Turki akan membalas setiap sikap atau pernyataan positif atau negatif dengan cara yang sama," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya