Liputan6.com, Brussel - Para pemimpin Uni Eropa telah berhenti melarang ekspor vaksin setelah perselisihan berkepanjangan dengan pabrikan Anglo-Swedia AstraZeneca.
Dalam pertemuan puncak pada Kamis (25/3), mereka memberikan dukungan pada prinsipnya untuk memperkuat kontrol ekspor.
Tetapi pernyataan pasca KTT menekankan pentingnya rantai pasokan global yang diperlukan untuk menghasilkan vaksinasi. Demikian seperti mengutip BBC, Jumat (26/3/2021).
Advertisement
Elemen vaksinasi AstraZeneca diproduksi di sejumlah negara bagian UE.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan AstraZeneca harus "mengejar" pengiriman ke UE sebelum mengekspor dosis ke tempat lain.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan kepada wartawan bahwa ini menandai "berakhirnya kenaifan" dari UE.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Vaksinasi di Uni Eropa
Peluncuran vaksin di negara bagian UE telah dimulai dengan lambat, dan blok tersebut menyalahkan perusahaan farmasi - terutama AstraZeneca - karena tidak memberikan dosis yang dijanjikan. AstraZeneca membantah bahwa mereka gagal memenuhi kontraknya.
"Saya pikir jelas bahwa pertama-tama perusahaan harus mengejar ketinggalan," kata Von der Leyen pada konferensi pers setelah pertemuan para pemimpin virtual.
"[Itu] harus menghormati kontrak yang dimilikinya dengan negara-negara anggota Eropa sebelum dapat terlibat lagi dalam mengekspor vaksin," katanya.
"Kami ingin menjelaskan kepada warga Eropa kami bahwa mereka [bisa] mendapatkan bagian yang adil."
Advertisement