Liputan6.com, Yangon - Pembunuhan atas lebih dari 100 pengunjuk rasa anti-kudeta di Myanmar telah memicu kemarahan global, dengan menteri pertahanan dari 12 negara mengutuk militer.
Melansir BBC, Senin (29/3/2021), AS menuduh pasukan keamanan melakukan "teror" pada hari Sabtu, hari paling mematikan sejak kudeta bulan lalu.
Para kepala pertahanan dari belasan negara, termasuk Inggris, pada hari Minggu mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam tindakan kekerasan militer.
Advertisement
Baca Juga
AS, Jepang dan Australia juga termasuk di antara penandatangan sebuah pernyataan yang mengatakan: "Seorang militer profesional mengikuti standar perilaku internasional dan bertanggung jawab untuk melindungi - bukan merugikan - orang-orang yang dilayaninya."
AS mengaku "ngeri" dengan insiden pembunuhan itu. Menteri Luar Negeri Antony Blinken menuduh militer "mengorbankan nyawa rakyat untuk melayani segelintir orang."
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dia "sangat terkejut" dengan kekerasan itu, dan Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menyebutnya sebagai "titik terendah baru".
Pelapor Khusus PBB Tom Andrews menyerukan pertemuan darurat internasional.
China dan Rusia belum ikut serta dalam kritik, yang berarti mengambil tindakan melalui Dewan Keamanan PBB - di mana mereka memiliki veto - bisa jadi sulit.
Pada hari Minggu, pemakaman diadakan, dengan beberapa laporan militer berusaha campur tangan dalam duka tersebut.
Lebih dari 400 orang kini telah tewas dalam penindasan protes di Myanmar sejak kudeta 1 Februari.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Militer Gelar Parade dan Pesta Mewah
Militer belum mengomentari pembunuhan tersebut.
Pada Sabtu pagi, pihaknya mengadakan parade untuk Hari Angkatan Bersenjata dan mendengar pidato dari pemimpin kudeta Min Aung Hlaing, yang mengatakan dia ingin "menjaga demokrasi" tetapi juga memperingatkan terhadap "tindakan kekerasan".
Perwakilan dari Rusia, Cina, India, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Laos dan Thailand hadir.
Pada Sabtu malam, sebuah pesta militer mewah diadakan di ibu kota Nay Pyi Taw, menimbulkan kemarahan dari beberapa orang di media sosial.
Bahkan, sejumlah postingan Twitter menempatkan gambar pesta di samping gambar para korban.
Advertisement