Liputan6.com, Beijing - Media pemerintah China pasang badan mendukung laporan investigasi WHO di Wuhan. Hasilnya, WHO tidak yakin bahwa asal COVID-19 adalah laboratorium di Wuhan.
Investigasi itu digelar pada Januari 2021 bersama perwakilan dari China.
Advertisement
Baca Juga
Sejumlah negara barat tidak langsung setuju pada hasil investigasi WHO-China. Mereka meminta adanya investigasi tahap dua, tetapi China menepis wacana itu karena dianggap bernuansa politis.
"Mengapa orang-orang tersebut, yang bahkan tidak datang untuk menginvestigasi di China, menggonggong di luar tembok? Saya tidak merasa mereka berbicara sains sungguhan dalam masalah ini," ujar Zeng Guang, kepala epidemiolog di CDC China, seperti dilaporkan media pemerintah China, Global Times, Kamis (1/4/2021).
Ada 14 negara yang meragukan hasil investigasi WHO-China, termasuk Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Mereka menyorot investigasinya yang tertunda serta kurangnya akses data.
Pemimpin ilmuwan China yang terlibat investigasi adalah Liang Wannian. Ia berkata ada penundaan karena mengutamakan kualitas.
"Setiap kata, kesimpulan, dan data perlu diverifikasi dan dipilah, dan setiap paragraf perlu dinalarkan dengan logika," ujar dia.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Nama Baik China
Zeng Guang berkata bahwa asal virusnya bukanlah Wuhan, melainkan bisa saja di lokasi lain. Pihak China menyarankan investigasi di seluruh dunia.
Sementara, juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, berkata bahwa perlu ada tahap dua dalam pencarian asal muasal COVID-19 di Wuhan. Ia ingin ada pakar internasional dan independen.
Xin Qiang, deputi direktur Center for US Studies di Universitas Fudan turut mempertanyakan kenapa investigasinya hanya di China saja.
Langkah AS lantas dinilai murni memiliki tujuan politik, sehingga membuat China kesulitan membersihkan namanya.
"Maka dari itu, tak peduli berapa kali investigasi yang diminta AS, China tidak akan bisa membersihkan namanya," ujar Xin Qiang.
Advertisement
Kesimpulan WHO dan China: Virus Corona COVID-19 Bukan dari Laboratorium
Sebelumnya dilaporkan, draf salinan kesimpulan WHO dan China menyimpulkan bahwa COVID-19 berasal dari kelelawar ke manusia dan bukan dari laboratorium. Kebocoran virus dari laboratorium dianggap sangat tidak mungkin.
Salinan laporan itu diperoleh Associated Press. WHO-China menyimpulkan bahwa COVID-19 ditularkan oleh hewan lain ke kelelawar lalu kemudian ke manusia.
Dilaporkan VOA Indonesia, Selasa (30/3), studi itu juga mengungkapkan bahwa cerpelai dan kucing rentan terhadap virus corona sehingga menyiratkan bahwa mereka juga bisa menjadi pembawa virus itu.
Seorang diplomat yang berbasis di Jenewa dari sebuah negara anggota WHO berbagi hasil penelitian yang tampaknya mendekati versi final dengan Associated Press, Senin (29/3). Namun, kantor berita itu tidak mengungkap identitas diplomat tersebut karena ia tidak berwenang untuk menyampaikan informasi sebelum dipublikasikan.
Laporan itu sebagian besar didasarkan pada kunjungan yang dilakukan tim ahli internasional awal tahun ini ke Wuhan, lokasi di China di mana virus corona pertama kali muncul. Para peneliti membuat daftar empat skenario dalam urutan kemungkinan munculnya virus bernama SARS-CoV-2.
Daftar teratas adalah penularan melalui hewan kedua, yang menurut mereka sangat mungkin terjadi. Mereka mengevaluasi kemungkinan penyebaran langsung dari kelelawar ke manusia, dan mengatakan bahwa penyebaran melalui produk makanan “rantai dingin'' mungkin terjadi tetapi tidak mungkin.
Infografis COVID-19:
Advertisement