Catat 30 Kasus Pembekuan Darah, Inggris Tetap Yakinkan Manfaat Vaksin AstraZeneca

Inggris melaporkan Tiga puluh kasus pembekuan darah usai vaksinasi COVID-19 dengan AstraZeneca.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 03 Apr 2021, 20:17 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2021, 20:17 WIB
FOTO: 6 Jenis Vaksin COVID-19 yang Ditetapkan Pemerintah Indonesia
Gambar ilustrasi menunjukkan botol berstiker "Vaksin COVID-19" dan jarum suntik dengan logo perusahaan farmasi AstraZeneca, London, Inggris, 17 November 2020. Vaksin buatan AstraZeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford ini disebut 70 persen ampuh melawan COVID-19. (JUSTIN TALLIS/AFP)

Liputan6.com, London - Tiga puluh kasus pembekuan darah telah tercatat di Inggris di antara lebih dari 18 juta orang yang telah mendapat suntikan vaksin COVID-19 AstraZeneca.

Namun, Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan (MHRA) mengatakan bahwa "Manfaat vaksin terhadap COVID-19 terus lebih besar daripada risikonya"

MHRA juga tetap mendesak masyarakat Inggris untuk terus menerima vaksin AstraZeneca.

Hingga 24 Maret 2021, 22 laporan trombosis sinus vena serebral (CVST) dan delapan laporan terkait trombosis lainnya dengan trombosit rendah.

"Risiko memiliki jenis bekuan darah khusus ini sangat kecil," kata badan tersebut, seperti dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (3/4/2021).

"Jumlah dan dugaan reaksi merugikan yang dilaporkan sejauh ini tidak biasa dibandingkan dengan jenis lain dari vaksin yang digunakan secara rutin," kata pernyataan MHRA.

Sementara itu, tidak ada laporan kasus serius terkait vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech.

MHRA menyatakan bahwa vaksinasi adalah cara paling efisien untuk mengurangi jumlah kematian dan penyakit serius akibat Virus Corona COVID-19.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Berikut Ini:

Penangguhan Vaksin COVID-19 AstraZeneca di Belanda-Jerman

PM Inggris Boris Johnson menerima vaksin COVID-19 dosis pertama.
PM Inggris Boris Johnson menerima vaksin COVID-19 dosis pertama. (Dok: PA Media)

Belanda pada Jumat (2/4) menjadi yang terbaru dalam barisan negara-negara Eropa yang menghentikan vaksinasi dengan vaksin AstraZeneca untuk orang di bawah usia 60 tahun.

Langkah itu dilakukan setelah lima kasus baru pasca vaksinasi COVID-19 di Belanda mempengaruhi wanita berusia antara 25 dan 65 tahun, yang salah satunya meninggal dunia.

Jerman juga mengambil keputusan serupa awal pekan ini.

European Medicines Agency (EMA), yang sebelumnya juga telah menyatakan vaksin AstraZeneca aman, seperti halnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dinantikan untuk mengumumkan saran terbaru tentang masalah ini pada 7 April mendatang.

EMA pada 31 Maret menyatakan kembali bahwa vaksin itu aman dan para ahli tidak menemukan faktor risiko khusus seperti usia, jenis kelamin atau riwayat medis.

Inggris - tempat pengembangan vaksin AstraZeneca-Oxford, telah menjadi salah satu negara yang paling parah terkena pandemi COVID-19 dengan hampir 127.000 kematian terkait.

Infografis Perbandingan Vaksin COVID-19 Sinovac dengan AstraZeneca

Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Perbandingan Vaksin Covid-19 Sinovac dengan AstraZeneca. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya