Liputan6.com, London - Uji klinis vaksin COVID-19 dari AstraZeneca dihentikan karena regulator Inggris menginvestigasi kasus penggumpalan darah langka di orang dewasa. Sekitar 300 orang sukarelawan mendaftar untuk investigasi ini.
Dilansir BBC, Rabu (7/4/2021), uji klinis kepada anak dihentikan setelah seorang pejabat European Medicines Agency (EMA) menyebut kemungkinan ada kaitan antara suntikan dengan penggumpalan darah. Ia berbicara atas nama pribadi.
Advertisement
Baca Juga
Vaksin AstraZeneca turut dikembangkan oleh Universitas Oxford.
Pakar uji klinis global Oxford, Profesor Andrew Pollard, mengkonfirmasi uji klinis pada anak dihentikan dulu, namun ia berkata tidak ada risiko pada uji klinis anak.
Meski tidak ada kekhawatiran risiko keselamatan pada uji klinis pediatrik, kami menanti informasi tambahan dari MHRA (Medicines and Healthcare products Regulatory Agency) pada tinjauannya terkait kasus-kasus langka trombosis/trombositopenia yang dilaporkan pada orang-orang dewasa sebelum memberikan vaksinasi lebih jauh di uji ini," ujarnya.
Uji klinis AstraZeneca pada anak telah dimulai sejak Februari 2021. Update dari MHRA diperkirakan rilis pada beberapa hari ke depan.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier Terima Vaksin AstraZeneca
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier pada Kamis (1/4) menerima dosis pertama vaksin Covid-19 AstraZeneca, hanya dua hari setelah pihak berwenang merekomendasikan penggunaannya yang sempat kontroversial.
"Saya mempercayai vaksin yang disahkan di Jerman," kata Steinmeier (65) dalam sebuah pernyataan setelah diinokulasi di Rumah Sakit Militer Berlin.Â
"Vaksinasi adalah langkah yang menentukan untuk keluar dari pandemi. Manfaatkan peluang yang tersedia. Bergabunglah," ujar Steinmeier.
Pejabat Jerman telah bersusah payah untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap vaksin AstraZeneca, yang telah berkembang pesat di Eropa.
Komisi vaksin STIKO Jerman pada Selasa (30/3) mengatakan mereka merekomendasikan penggunaan suntikan hanya untuk orang berusia 60 tahun ke atas menyusul kekhawatiran atas beberapa kasus pembekuan darah di antara penerima vaksin yang lebih muda.
Orang yang berusia di bawah 60 tahun masih dapat menggunakan AstraZeneca setelah berkonsultasi dengan dokter mereka.
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn, yang berusia 40 tahun, mengatakan kepada wartawan bahwa dia akan bersedia menggunakan AstraZeneca "saat giliranku tiba".
Kanselir Angela Merkel juga mengatakan dia siap menerima vaksin tersebut ketika gilirannya tiba.
Advertisement
Kepala Negara yang Gunakan AstraZeneca
Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in menerima suntikan pertama vaksin COVID-19 AstraZeneca. Hal ini juga terkait persiapannya untuk mengunjungi Inggris jelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-7 di Inggris pada Juni.
Dikutip dari Straits Times pada (23/3), Presiden Korsel 68 tahun itu mendatangi sebuah klinik di dekat kantornya di Seoul, bersama sang istri dan sembilan pejabat lain yang akan menemainya dalam kegiatan tersebut.Â
Perdana Menteri Italia, Mario Draghi dan istrinya, Maria Serenella Cappello menerima dosis pertama vaksin COVID-19 AstraZeneca pada Selasa 30 Maret.
PM Mario Draghi menerima vaksin ini saat Italia sedang berupaya untuk meningkatkan kampanye vaksinasi COVID-19.Â
PM Draghi dan istrinya, yang keduanya berusia 73 tahun, menerima suntikan vaksin AstraZeneca di pusat vaksinasi besar yang didirikan di stasiun kereta api utama Roma, menurut kantor Perdana Menteri Italia dalam sebuah pernyataan singkat.
Dikutip dari AFP, Rabu (31/3) Italia adalah salah satu dari sejumlah negara Eropa yang awal Maret ini menghentikan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca, menyusul laporan 30 kasus pembekuan darah otak pada orang yang baru saja menerima suntikan.
Sebagian besar negara Eropa kini telah kembali memulai vaksinasi COVID-19 dengan AstraZeneca, setelah pengawas obat Uni Eropa mengatakan manfaat vaksin lebih besar daripada risiko.
Â
Infografis Vaksinasi COVID-19:
Advertisement