Liputan6.com, Jakarta - Kapal Selam KRI Nanggala-402 hilang kontak di perairan Bali pada Rabu 21 April. Tragedi ini mengingatkan kembali pada insiden karamnya kapal selam bertenaga nuklir milik Rusia di Laut Barents pada 12 Agustus 2000.
Insiden itu menjadi salah satu kecelakaan maritim paling nahas dalam sejarah pelayaran militer. Seluruh awak --berjumlah 118 orang-- yang ada di dalamnya tewas, seperti dikutip dari History, Kamis (22/4/2021).
Baca Juga
The Kursk, kapal selam yang tenggelam itu, mengangkat sauh dari Rusia pada 10 Agustus 2000 untuk sebuah latihan simulasi militer di Laut Barents, dekat Lingkar Arktika. Di sana, kapal selam sepanjang 152 meter itu bergabung bersama sejumlah alutsista Negeri Beruang Merah lain.
Advertisement
Pada 12 Agustus, ketika tiba di Laut Barents, kapal selam bermesin reaktor nuklir itu dijadwalkan melakukan latihan menembak torpedo tepat pada pukul 11.29 waktu setempat. Namun, saat Kursk tengah bersiap untuk meluncurkan misil, dua ledakan dalam jarak waktu yang berdekatan terjadi di lambung kapal selam itu.
Akibatnya, terbentuklah lubang besar menganga di bagian paling krusial kapal. Alhasil, dalam waktu singkat, Kursk karam bersama seluruh awaknya.
Pada saat itu, tak ada armada Rusia di Laut Barents yang mengetahui nasib Kapal Selam Kursk. Sementara, simulasi perang pun tetap terlaksana.
Setelah beberapa hari, barulah kabar karamnya kapal selam itu sampai ke telinga Moskow dan dunia.
Â
Saksikan Video Berikut Ini:
Rusia Tolak Bantuan Internasional
Mendengar bencana itu, komunitas internasional menawarkan bantuan untuk menyelamatkan awak yang mungkin selamat. Namun, Moskow menolak tawaran tersebut.
Seminggu setelah karam, akhirnya misi penyelamatan dilakukan Rusia semata pada 19 Agustus 2000.
Saat tim penyelam tiba di dasar laut lokasi karamnya Kursk, mereka dikejutkan dengan fakta mengerikan. Tak ada satu-pun orang yang selamat dan jenazah korban sulit untuk ditemukan.
Komunitas internasional pun lantas menekan Presiden Rusia kala itu, Vladimir Putin, untuk mengangkat bangkai Kursk dari dasar Laut Barents. Tujuannya agar investigasi dapat dilakukan demi mengetahui sebab tenggelamnya kapal tersebut.
Putin pun mengiyakan tuntutan internasional. Ia menyetujui dana senilai US$ 100 juta untuk mengangkat kapal selam itu dari dasar Laut Barents.
Operasi yang terlaksana pada 26 September 2001 itu juga menjadi misi paling bersejarah dalam dunia kemaritiman. Mengingat sebelumnya, tak pernah ada benda yang diangkat dari dasar laut sebesar Kursk.
Sayangnya, hanya separuh badan kapal yang mampu diangkat, menyisakan separuhnya -- yang sesungguhnya mengandung bukti paling vital -- tetap tenggelam di Laut Barents.
Â
Advertisement
Penyebab Masih Jadi Misteri
Akhirnya, hingga kini, penyebab detail dari karamnya Kursk dan misteri ledakan di lambung kapal, masih menjadi misteri. Akan tetapi, sejumlah pegiat konspirasi menawarkan beberapa teori.
Media Der Spiegel, Berliner Zeitung, dan Sunday Times menduga bahwa Kursk tenggelam akibat 'friendly fire' misil dari Pyotr Velikiy, alutsista maritim lain milik Rusia.
Sehingga diduga, lambannya Rusia dalam merespons tenggelamnya kapal selam itu adalah sebuah tindakan yang disengaja dan ditujukan untuk menutupi fakta.
Sebagian media lain menyebut bahwa Kursk disabotase militan Chechen. Dan yang lain menduga bahwa kapal itu ditembak kapal Amerika Serikat USS Memphis.
Benar tidaknya teori itu, hingga kini tak mampu dipastikan kebenarannya.
Â