Kisah Bocah Australia Tinggal Tanpa Ayah-Ibu di India Saat Tsunami COVID-19

Sebanyak 173 anak tanpa pendamping yang terjebak di India saat mencoba kembali ke Australia akibat perbatasan ditutup.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mei 2021, 17:00 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2021, 17:00 WIB
20160412-pesawat terbang
Ilustrasi pesawat terbang lepas landas dari bandara.

Liputan6.com, Sydney - Johannah (5) adalah satu dari setidaknya 173 anak tanpa pendamping yang terjebak di India saat mencoba kembali ke Australia. Dia tinggal bersama kakek neneknya ketika pandemi COVID-19 melanda dan perbatasan ditutup.

Berdasarkan BBC, orang tua Johannah mencoba membawanya ke penerbangan yang diatur pemerintah ke Sydney tetapi anak-anak di bawah 14 tahun tidak diizinkan bepergian sendirian dalam perjalanan repatriasi.

Dilin, sang ayah, tidak dapat menahan emosinya ketika dia berbicara tentang putrinya yang masih kecil, yang sudah tidak dia lihat sejak November 2019.

"Saya pasti bisa melihat kesedihan di hatinya ... dia benar-benar merindukan kami," katanya kepada komite Senat Australia pada Jumat (7/5/2021).

Qantas, yang mengoperasikan penerbangan antara India dan Australia, juga tidak mengizinkan anak di bawah umur tanpa pendamping, sehingga satu-satunya pilihan pasangan lainnya adalah menyewa pesawat pribadi atau terbang dengan Air India. Namun, hingga saat ini Johannah masih terlalu muda. 

Drisya dan Dilin tidak mengambil risiko mencoba terbang kembali ke India untuk bersama Johannah karena terbatasnya penerbangan untuk kembali ke Australia dari sana.

Pasangan itu khawatir mereka akan bergabung dengan 9.000 orang di India yang berjuang untuk pulang ke Australia.

Drisya dan Dilin akhirnya bisa mendapatkan tempat duduk bagi Johannah di pesawat sewaan dari Bangalore ke Sydney, dengan sebuah perusahaan swasta yang bersedia menerima anak-anak tanpa pendamping.

Saksikan Video Berikut Ini:

Penerbangan Dibatalkan oleh Larangan Kontroversial Pemerintah Australia

Bandara
Ilustrasi Bandara Ternyaman (sumber: unsplash)

Pesawat itu seharusnya akan tiba di Sydney pada 6 Mei, tetapi penerbangan itu juga dibatalkan ketika pemerintah Australia memberlakukan larangan kontroversial atas semua kedatangan dari India.

"Itu adalah harapan terakhir kami, kami telah kehabisan semua pilihan," kata Dilin. "Kami benar-benar berantakan. Terkadang Anda mendapatkan secercah harapan, tetapi kemudian ada kemunduran seperti ini," katanya.

Drisya dan Dilin menceritakan kisah mereka kepada komite Senat Australia yang sedang menyelidiki upaya pemerintah untuk membantu warga Australia yang terlantar pulang dari India. 

Drisya mengatakan dalam persidangan bahwa ada tujuh anak tanpa pendamping lainnya dalam penerbangan sewaan pribadi. Pasangan, yang telah terhubung dengan keluarga dalam situasi serupa di media sosial, mengatakan banyak dari anak-anak itu masih sangat muda - beberapa bahkan lebih muda dari Johannah.

"Saya memohon, atas nama mereka semua, untuk mempertimbangkan opsi membawa masuk anak di bawah umur tanpa pendamping, baik melalui penerbangan repatriasi atau bahkan penerbangan charter pribadi," kata Dilin.

Pejabat Senior Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Lynette Wood mengatakan penerbangan khusus untuk anak-anak belum dipertimbangkan, dan pemerintah bekerja sama secara langsung dengan keluarga untuk mencoba membawa pulang anak-anak. 

Komisaris Tinggi Australia untuk India Barry O'Farrell mengatakan dalam sidang tersebut, 20 anak di bawah umur tanpa pendamping telah ditolong pulang sejak Desember lalu.

 

Reporter: Lianna Leticia

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya