Banyak Pihak Desak Lockdown di India, Kritik Terhadap Pemerintahan Modi Meningkat

Tingginya kasus COVID-19 di India membuat banyak pihak mendesak lockdown.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 10 Mei 2021, 15:31 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2021, 15:31 WIB
Potret India yang Babak Belur Dihantam Tsunami Covid-19
Kerabat membawa seorang perempuan yang pingsan setelah melihat tubuh suaminya di rumah sakit pemerintah khusus COVID-19 di Ahmedabad, India, Selasa (27/4/2021). Kasus virus corona di India melonjak lebih cepat dari tempat lain di dunia. (AP Photo/Ajit Solanki)

Liputan6.com, New Delhi - Banyak pihak menyerukan bagi India untuk memberlakukan penguncian nasional karena kasus COVID-19 baru dan kematian mendekati rekor tertinggi pada Senin (10/5). Hal ini meningkatkan tekanan pada pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi.

Mengutip Channel News Asia, Senin (10/5/2021), penghitungan infeksi di India sekarang mencapai 22,66 juta, dengan 246.116 kematian.

Karena banyak rumah sakit bergulat dengan kekurangan oksigen dan tempat tidur yang akut sementara kamar mayat dan krematorium meluap, para ahli mengatakan angka aktual India bisa jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan.

Sebanyak 1,47 juta sampel yang diuji pada Minggu untuk COVID-19 adalah yang terendah bulan ini, data dari Dewan Penelitian Medis India menunjukkan. Angka tersebut dibandingkan dengan rata-rata harian 1,7 juta selama delapan hari pertama bulan Mei.

Banyak negara bagian telah memberlakukan penguncian ketat selama sebulan terakhir sementara yang lain telah mengadopsi pembatasan pergerakan dan menutup bioskop, restoran, pub, dan pusat perbelanjaan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kritik Terhadap PM Modi Meningkat

Warga India antre mendapatkan oksigen gratis
Seorang pasien pingsan saat dilarikan dengan becak di luar Gurudwara (Kuil Sikh) yang memberikan oksigen gratis kepada pasien di bawah tenda yang dipasang di sepanjang pinggir jalan di Ghaziabad, Selasa (4/5/2021). Amukan tsunami COVID-19 di India memunculkan kelangkaan oksigen. (Money SHARMA/AFP)

Tekanan meningkat pada Modi untuk mengumumkan penguncian nasional seperti yang dia lakukan selama gelombang pertama infeksi tahun lalu.

Dia berjuang melawan kritik karena mengizinkan pertemuan besar di festival keagamaan dan mengadakan rapat umum pemilihan besar-besaran selama dua bulan terakhir bahkan ketika kasus-kasus melonjak.

"Kegagalan pemerintahan dalam proporsi epik dan bersejarah," kata Vipin Narang, seorang profesor ilmu politik di Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat, di Twitter.

Pada hari Minggu, penasihat virus corona Gedung Putih Dr Anthony Fauci mengatakan dia telah memberi tahu otoritas India bahwa negara tersebut perlu ditutup.

"Anda harus ditutup," kata Fauci di acara televisi ABC minggu Ini. 

"Saya yakin beberapa negara bagian India telah melakukan itu, tetapi Anda perlu memutus rantai penularan. Dan salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menutupnya."

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya