Liputan6.com, Jakarta - Utusan Palestina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Riyad Mansour, meminta kepada badan dunia untuk mengumpulkan lebih banyak bantuan kemanusiaan untuk Gaza. Pengajuan itu dilakukan di tengah pemboman Israel yang intens.
Permintaan ini juga disampaikan Ketika Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan keempatnya pada Selasa 18 Mei tentang konflik Palestina-Israel tanpa mengeluarkan pernyataan.
Dilansir AFP, Rabu (19/5/2021) konvoi truk bantuan internasional yang mulai meluncur ke Gaza melalui sebuah perlintasan perbatasan dari Israel, Kerem Shalom, dengan cepat dihentikan ketika Israel menutupnya lagi, dengan alasan serangan mortir di daerah itu.
Advertisement
"Saya meminta PBB segera mengeluarkan seruan darurat untuk bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina di Jalur Gaza," kata Mansour pada konferensi pers di markas besar PBB di New York.
"Kami tidak dapat terus hidup di bawah rezim apartheid yang agresif ini. Pendudukan ini harus diakhiri. Kami perlu memiliki kemerdekaan negara kami dengan Yerusalem timur sebagai ibukotanya di mana kami dapat hidup dengan bermartabat dan kebebasan," ujar Mansour.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan darurat keempatnya hanya dalam waktu sepekan tentang krisis tersebut, tetapi tidak ada deklarasi yang dikeluarkan, dan pembicaraan berlangsung kurang dari satu jam.
"Kami tidak menilai bahwa pernyataan publik saat ini akan membantu menurunkan ketegangan," kata utusan AS Linda Thomas-Greenfield dalam pertemuan tertutup, menurut seorang diplomat.
"Berkenaan dengan tindakan Dewan Keamanan lebih lanjut, kami harus menilai apakah tindakan atau pernyataan yang diberikan akan memajukan prospek untuk mengakhiri kekerasan," tutr Greenfield.
Sementara itu, beberapa diplomat mengatakan kepada AFP bahwa China, Tunisia dan Norwegia - tiga negara yang mendorong tindakan di Dewan PBB - tidak mengirimkan pernyataan baru yang diusulkan kepada anggota lain menjelang perundingan.
Saksikan Video Berikut:
Serangan Udara di Gaza Tewaskan 213 Warga Palestina
Amerika Serikat telah menolak tiga pembahasan dengan PBB yang menyerukan diakhirinya pertempuran, yang telah menewaskan 213 warga Palestina, termasuk 61 anak-anak, dan melukai lebih dari 1.400 orang di Gaza, menurut kementerian kesehatan di Gaza.
Korban tewas di Israel juga meningkat menjadi 12 orang ketika tembakan roket yang ditembakkan Hamas ke wilayah selatan Eshkol menewaskan dua warga negara Thailand yang bekerja di sebuah pabrik dan melukai beberapa lainnya, menurut polisi setempat.
Sofiane Mimouni, ketua Arab Group di PBB, menuturkan kepada wartawan, "Kami kecewa melihat Dewan Keamanan tidak dapat menyatakan dirinya sendiri dalam situasi yang gawat dan serius".
Sementara itu, Thomas-Greenfield menolak kritik terhadap keputusan AS, "fokus kami adalah dan akan terus berada pada keterlibatan diplomatik yang intensif untuk mengakhiri kekerasan ini".
Kemudian dari utusan Irlandia, Geraldine Byrne Nason, mengeluarkan pernyataan pedas setelah pertemuan Dewan PBB.
"Konflik berkecamuk, mengakibatkan dampak kemanusiaan yang sangat menghancurkan. Dewan Keamanan belum mengucapkan sepatah kata pun di depan umum," ujar Nason.
"Anggota Dewan memiliki tanggung jawab kolektif untuk perdamaian dan Keamanan internasional. Ini adalah waktu yang tepat bagi Dewan untuk bertindak, memecah kebisuan dan berbicara," pungkasnya.
Advertisement