Liputan6.com, Damaskus - Bashar Al-Assad menang besar di pemilu Suriah dan mendapatkan tujuh tahun lagi periode berkuasa. Ini adalah periode keempat Assad di Suriah.
Menurut laporan DW, Jumat (28/5/2021), Presiden Assad mendapatkan suara sebanyak 95,1 persen. Parlemen Suriah berkata total pemilih mencapai 78,66 persen.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Pemilu Suriah 2021 diikuti oleh tiga calon: Bashar Al-Assad, Mahmoud Ahmad Marei, dan Abdullah Sallum Abdullah. Ketiganya berasal dari partai berhaluan sosialis.
Bashar Al-Assad menjadi presiden di Suriah sejak tahun 2000. Selama berkuasa, rezimnya terlibat dalam perang saudara yang mengakibatkan jutaan orang mengungsi.
Ekonomi Suriah juga berantakan di masa pemerintahan Bashar Al-Assad akibat perang saudara yang terjadi. Kondisi HAM di Suriah juga kerap dikritik oleh organisasi internasional, seperti Human Rights Watch.
Pemilu Suriah 2021 juga dituduh curang oleh negara-negara Barat. Berikut pernyataan mereka:
Kritikan Negara Barat
Sebelumnya, negara-negara Barat mengkritik pemilu Suriah karena dianggap tipu-tipu.
Menteri LNegeri dari Jerman, Prancis, Italia, Amerika Serikat, dan Inggris sama-sama mengecam pemilu Suriah 2021 yang dianggap tidak adil, serta melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB 2254.
"Kami, para Menteri Luar Negeri dari Prancis, Jerman, Italia, Inggris, dan Amerika Serikat ingin memperjelas bahwa pemilihan presiden Suriah pada 26 Mei tidak akan bebas atau adil," tulis pernyataan bersama para menlu.
Pemilu Suriah dianggap tidak mendapat mengikuti aturan PBB dalam hal standar transparansi dan akuntabilitas. Selain itu, semua rakyat Suriah harusnya ikut memilih, termasuk para pengungsi dan diaspora.
"Tanpa elemen-elemen tersebut, pemilu tipu-tipu ini tidak mewakili progres apapun menuju kepastian politik," tulis para Menlu.
"Kami mendorong komunitas internasional untuk dengan tegas menolak upaya rezim Assad untuk mempertahankan legitimasi tanpa mengakhiri pelanggaran berat HAM dan secara bermakna berpartisipasi pada proses politik yang difasilitasi PBB untuk mengakhiri konflik ini," tegas pernyataan tersebut.
Advertisement