Liputan6.com, Tibet - Angin kencang mengibarkan bendera kuning berisi doa dari warga Tibet dengan tongkat penyangga yang mengelilingi sebuah kuil dalam ritual Buddhis.
Sementara di seberang jalan, sebuah spanduk merah menguraikan sistem kepercayaan baru yang ditegakkan dengan semangat oleh Partai Komunis China yang berkuasa.
Baca Juga
"Ideologi sosialis baru Xi Jinping dengan karakteristik Tiongkok adalah panduan bagi seluruh partai dan segenap bangsa untuk memperjuangkan peremajaan besar China," kata spanduk merah dalam aksara Tibet dan Tiongkok itu.
Advertisement
Hal ini mengacu pada pemimpin Tiongkok yang telah berusaha untuk menempatkan jejaknya pada hampir setiap aspek kehidupan di Ribet.
Belakangan ini, hal tersebut semakin melingkupi agama, baik di China tengah maupun di pinggirannya, seperti Tibet.
Partai tersebut mendesak program Sinicize masuk dalam kehidupan warga Tibet melalui ajakan untuk memisahkan Tibet dari bahasa, budaya, dan terutama pengabdian mereka kepada Dalai Lama -- pemimpin spiritual tradisional Tibet yang telah tinggal di pengasingan sejak 1959.
Di halaman Kuil Jokhang yang bermandikan sinar matahari, salah satu situs paling suci dalam Buddhisme Tibet, kepala biksu Lhakpa mengatakan bahwa Dalai Lama bukanlah pemimpin spiritualnya.
Ditanya siapa itu, dia berkata: "Xi Jinping."
Media intenasional Associated Press bergabung dengan tur yang cukup langka dilakukan dan dikontrol ketat ke Tibet, menyoroti apa yang pemerintah gambarkan sebagai stabilitas sosial dan pembangunan ekonomi kawasan itu setelah 70 tahun pemerintahan Partai Komunis, demikian dikutip dari laman AP, Kamis (17/6/2021).
Perhentian termasuk biara, kuil, sekolah, proyek pengentasan kemiskinan, dan lokasi wisata.
Hal itu tampaknya mencerminkan keyakinan partai bahwa ia menang dalam pertarungan global opini publik atas Tibet. Sebagai penyeimbang, kelompok-kelompok hak asasi Tibet terus melaporkan penahanan yang sering marginalisasi ekonomi, kehadiran keamanan yang mencekik dan tekanan berat untuk berasimilasi dengan mayoritas Han China sambil menjanjikan kesetiaan kepada Partai Komunis.
Orang-orang Tibet di pengasingan mengatakan bahwa mereka secara efektif merdeka selama berabad-abad dan menuduh China berusaha menghapus budaya dan bahasa Buddha Tibet sambil mengeksploitasi sumber daya alamnya dan mendorong orang Tiongkok pindah ke sana.
Beijing mengatakan, Tibet telah lama menjadi bagian dari China dan komunis membebaskan ratusan ribu budak buta huruf ketika mereka menggulingkan teokrasi yang berkuasa pada tahun 1951.
Keamanan telah diperketat secara signifikan sejak protes anti-pemerintah yang meluas pada tahun 2008, tak lama sebelum Olimpiade Musim Panas Beijing, disertai dengan upaya pembangunan ekonomi yang berlipat ganda dan penurunan pengaruh agama Buddha.
Di Desa Baji -- sebelah timur Lhasa -- penduduk yang mengenakan pakaian tradisional mengatakan kepada wartawan asing bagaimana kampanye pengentasan kemiskinan telah mengubah hidup mereka.
"Waktu telah berubah, sehingga tuntutan masyarakat telah berubah. Orang-orang membutuhkan keyakinan agama sebagai makanan rohani mereka di masa lalu, tetapi sekarang kami tidak," kata Tsering Yudron (25) seorang akuntan China.
Â
Aliran Dana Pembangunan dari Pemerintah China
Pemerintah telah menggelontorkan dana miliaran dolar yang telah diinvestasikan di jalan, bandara, kereta api, sekolah dan rumah sakit.
Beijing juga mengatakan, pembangunan telah menggandakan harapan hidup, membawa elektrifikasi, pekerjaan, dan peluang ke wilayah Tibet yang lama tertinggal.
"Tibet telah memberantas kemiskinan ekstrem," demikian bunyi laporan pemerintah tahun 2019 tentang Tibet.
"Orang-orang sekarang menjalani kehidupan yang lebih baik dan hidup dalam kepuasan. Tibet sosialis baru telah terbentuk."
Dampaknya pada budaya tradisional sangat mencolok. Seperti orang Kristen dan Muslim, umat Buddha Tibet semakin ditekan untuk "mensinisisasi" agama mereka di bawah program yang diajukan oleh Xi, pemimpin paling otoriter China sejak Mao Zedong.
Partai Komunis di China telah mengembangkan sebuah sistem untuk mencoba mengendalikan orang Tibet melalui keyakinan mereka, kata Robert Barnett, seorang sarjana Tibet di School of Oriental and African Studies di London. Terutama sejak protes tahun 2008, pemerintah telah berusaha untuk "mendapatkan cinta Partai Komunis ke dalam pikiran orang-orang Tibet ketika mereka masih anak-anak," katanya.
Dari kampus ke rumah, potret Xi sekarang tergantung di dinding rumah dan kuil seperti dulu gambar Dalai Lama ada di sana.
Advertisement