Liputan6.com, Washington D.C - Kasus COVID-19 di Amerika Serikat meningkat dengan cepat karena penyebaran Virus Corona varian Delta yang mendominasi sebagian besar infeksi.
Dikutip dari AFP, Kamis (8/7/2021) jumlah rata-rata kasus COVID-19 di AS pada Selasa (6/7) adalah 13.859 - naik 21 persen dibandingkan dua pekan sebelumnya.
Kasus-kasus COVID-19 yang terdeteksi beberapa hari terakhir di AS mungkin akan meningkat lebih lanjut karena keterlambatan pelaporan menyusul liburan perayaan Hari Kemerdekaan pada 4 Juli.
Advertisement
Menurut CDC, lonjakan kasus COVID-19 terjadi saat varian Delta, yang lebih mudah menular dibanding varian virus lainnya, menyumbang sekitar 52 persen kasus selama dua pekan yang berakhir pada 3 Juli.
Meskipun memiliki ketersediaan vaksin tertinggi di antara negara mana pun, kampanye vaksinasi di AS telah menurun tajam sejak April 2021.
Presiden AS Joe Biden hampir tidak mencapai target vaksinasi di negaranya, yang ditargetkan sebesar 70 persen - bagi orang dewasa setidaknya pada peringatan Hari Kemerdekaan, dengan angka terkini yang baru mencapai 67 persen.
Wilayah-wilayah AS di bagian midwest dan selatan yang angka vaksinasinya rendah tercatat melaporkan tingkat kasus lebih tinggi dibandingkan wilayah-wilayah lainnya yang jumlah vaksinasinya tinggi seperti di wilayah timur laut.
Tren tersebut menjadi jelas dalam beberapa pekan terakhir.
Laporan media lokal mengatakan, sebuah rumah sakit di Springfield, Missouri, kehabisan ventilator untuk merawat pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit selama akhir pekan.
Kansas City Star melaporkan bahwa dua rumah sakit di kota berpenduduk 160.000 jiwa itu merawat hingga 213 pasien COVID-19 hingga 5 Juli 2021.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Apa Kata Pakar AS?
"Lintasan yang mungkin kita lihat adalah dua jenis pandemi berbeda di Amerika Serikat, yang lebih menjadi masalah di wilayah-wilayah yang tngkat individu yang belum divaksinasi tinggi," kata Amesh Adalja dari Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins Center, kepada AFP.
"Di bagian lain negara ini, pandemi sebagian besar akan menjadi sesuatu yang ditangani lebih sebagai virus pernapasan biasa," tambahnya.
Ia juga menyebutkan bahwa dengan varian Delta mendominasi, dia memperkirakan 'pemisahan' rawat inap dan kematian dari meningkatnya kasus di daerah-daerah yang angka vaksinasinya tinggi, seperti yang terlihat di Israel.
"Semakin itu, saya pikir kita harus mulai mengalihkan fokus kita dari kasus-kasus dan benar-benar melihat angka rawat inap, karena untuk itulah vaksin dirancang – guna memisahkan kasus dari rawat inap," imbuhnya.
Selain itu, menurut ahli, data menunjukkan vaksin COVID-19 buatan Pfizer-BioNTech, Johnson & Johnson dan AstraZeneca memiliki efektivitas tinggi melawan penyakit COVID-19 yang parah dan sama halnya dengan vaksin Moderna.
Advertisement