Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi terus menekankan pentingnya perempuan dalam perdamaian dunia. Kehadiran perempuan bisa berperan sebagai negosiator perdamaian, serta penyembuh bagi para perempuan yang jadi korban perang.
Ia menjabarkan pentingnya kehadiran lebih banyak peacekeeper (penjaga perdamaian) dari kalangan kaum hawa.
Advertisement
Baca Juga
"Dalam perang, anak dan perempuan jadi korban utama, tapi peacekeepers-nya mayoritas laki-laki. Konflik sering kali terjadi di wilayah yang memiliki kultur perempuan dilarang bicara dengan laki-laki asing. ujar Menlu Retno Marsudi pada acara: A Conversation by Menlu Retno Marsudi with Women Chief Editors, Jumat (9/7).
Kehadiran peacekeeper perempuan bisa membantu para korban perempuan agar mau lebih membuka diri. Ini dinilai penting untuk mengetahui pengalaman apa yang mereka lalui, serta membantu penyembuhan secara psikologis.
Perempuan juga dibutuhkan sebagai negosiator perdamaian. Menlu Retno yakin hasil negosiasi akan lebih kuat dengan adanya partisipasi perempuan.
"Di lapangan muncul kebutuhan peace keepers perempuan dengan profesi beragam, termasuk negosiator," ucap Menlu Retno. "Jika negosiator perempuan terlibat dalam negosiasi hasilnya lebih kuat daripada hanya laki-laki yang bernegosiasi."
Perjuangan Mencari Vaksin COVID-19
Selama pandemi COVID-19, Menlu Retno juga intensif mencari bantuan dari Fasilitas COVAX negara sahabat agar Indonesia bisa mendapatkan vaksin COVID-19.
Baru-baru ini, Menlu Retno juga berkomunikasi dengan Rusia tentang vaksin. Pertemuan yang dihadiri Menlu Rusia Sergey Lavrov tersebut membahas kerja sama kemitraan strategis antara ASEAN dan Rusia yang memasuki tahun ke-25.
Dalam pertemuan itu, Menlu RI Retno Marsudi mendorong penguatan kerja sama dalam sektor kesehatan, khususnya penanganan pandemi COVID-19 dan pemulihan ekonomi.
"Kenaikan kasus COVID-19, kemunculan berbagai varian baru dan kesenjangan vaksinasi global merupakan pengingat bahwa ASEAN dan Rusia harus bekerjasama dengan lebih baik dalam menghadapi pandemi. Namun di sisi lain, upaya menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan tetap harus menjadi perhatian utama," katanya dalam keterangan pers, Rabu (7/7).
Dia juga mengajak ASEAN dan Rusia untuk bersama-sama memperkuat dukungan terhadap COVAX Facility, negosiasi TRIPS Waiver serta kesetaraan pengakuan terhadap vaksin COVID-19. Selain itu, Retno juga menegaskan pentingnya penguatan ketahanan kesehatan kawasan. Kolaborasi dengan Rusia diharapkan dapat meningkatkan kemandirian kawasan dalam industri kesehatan dan farmasi, penelitian serta penguatan sistem pencegahan dini kawasan.
"ASEAN-Rusia juga memiliki tanggung jawab untuk memperkuat WHO dan tatanan kesehatan global untuk mengantisipasi munculnya pandemi di masa mendatang," ujarnya.
Advertisement