Liputan6.com, Jakarta - Pakar penyakit menular Amerika Serikat Anthony Fauci mengatakan, warga Amerika yang kurang memiliki kekebalan mungkin akhirnya membutuhkan suntikan booster vaksin COVID-19 karena peningkatan kasus Virus Corona varian Delta.
"Mereka yang merupakan pasien transplantasi, kemoterapi kanker, penyakit autoimun, yang menggunakan rejimen imunosupresan, mereka adalah jenis individu yang jika akan ada booster ketiga, yang mungkin terjadi, akan menjadi orang yang pertama rentan," kata Fauci, dalam sesi wawancara dengan CNN, seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (26/7/2021).
Ditambahkannya, bahwa pejabat kesehatan AS juga sedang mempertimbangkan apakah akan merevisi panduan penggunaan masker untuk warga yang sudah divaksinasi, dengan mengatakan hal itu "dalam pertimbangan aktif".
Advertisement
Fauci, yang mengutip studi yang menunjukkan mungkin ada penurunan kekebalan pada orang yang divaksinasi, mengatakan bahwa pejabat kesehatan AS sedang meninjau data untuk menentukan kapan suntikan vaksin booster mungkin diperlukan.
"Ini situasi yang dinamis. Ini adalah proses yang sedang berjalan, berkembang seperti di banyak area pandemi lainnya," imbuhnya.
"Anda harus melihat datanya," jelas Fauci.
Pekan lalu, Kementerian Kesehatan Israel melaporkan penurunan efektivitas pada vaksin COVID-19 Pfizer dalam mencegah infeksi dan gejala penyakit. Tetapi ditambahkan bahwa dua dosis suntikan vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech masih sangat efektif dalam mencegah penyakit parah.
Â
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Vaksin Booster di Tengah Lonjakan Kasus COVID-19 Varian Delta
Penurunan kemanjuran vaksin COVID-19 bertepatan dengan penyebaran varian Delta, yang sekarang menjadi strain dominan di Israel.
Israel memberikan dosis ketiga vaksin COVID-19 kepada orang-orang dengan gangguan kekebalan, termasuk mereka yang telah menjalani transplantasi jantung, paru-paru, ginjal atau hati dan pasien kanker yang menerima kemoterapi.
Infeksi COVID-19 Varian Delta, yang pertama kali ditemukan di India, kini meningkat di Amerika Serikat.
Peningkatan paling tajam dalam kasus COVID-19 terjadi di tempat-tempat dengan tingkat vaksinasi yang lebih rendah.
Florida, Texas, dan Missouri menyumbang 40 persen dari semua kasus baru COVID-19 secara nasional di AS, dengan sekitar satu dari lima kasus baru di sana terjadi di Florida, menurut penasihat Gedung Putih, Jeffrey Zients.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS pada Minggu (25/7) melaporkan peningkatan jumlah dosis vaksin yang diberikan dalam 24 jam terakhir - 778.996, jumlah tertinggi yang diberikan dalam periode 24 jam sejak AS melaporkan memberikan 1,16 juta dosis pada 3 Juli lalu.
Namun, jumlah itu jauh di bawah puncak 4,63 juta dosis yang dilaporkan pada 10 April dan, meskipun meningkat, kecepatan vaksinasi secara umum masih menurun, menurut data CDC.
Sejak vaksin menjadi tersedia secara luas di AS pada musim semi, Presiden Joe Biden telah melakukan kampanye agresif untuk menambahkan penerima vaksin p karena vaksin yang telah ditanggapi dengan skeptis di beberapa negara bagian dan komunitas.
Kepala Staf Gedung Putih, Ronald Klain pun memuji angka CDC sebagai tanda vaksinasi yang kembali meningkat.
Pfizer dan BioNTech mengatakan pada 23 Juli bahwa AS telah membeli 200 juta lebih dosis vaksin mereka untuk membantu vaksinasi anak serta kemungkinan suntikan booster.
Advertisement