Liputan6.com, Kabul - lMiliter Amerika Serikat melakukan serangan udara menggunakan pesawat tak berawak (drone) terhadap target ISIS di Afghanistan pada Sabtu 28 Agustus 2021, kata Kementerian Pertahanan AS.
Serangan dilakukan sebagai upaya untuk merespons ledakan bom di bandara Kabul pada Kamis 26 Agustus, serta sebagai guna mengantisipasi teror lanjutan, ketika AS berada di fase akhir evakuasi warga Afghanistan dari sana.
Baca Juga
Target serangan merupakan "kelompok perencana dari para jihadis (ISIS) yang berlokasi di Afghanistan timur," jelas militer AS, seperti dikutip dari AFP (28/8/2021).
Advertisement
"Indikasi awal, kami berhasil membunuh target," lanjut militer.
Dengan jendela pengangkutan udara menyempit tajam menjelang batas waktu 31 Agustus, lebih dari 5.000 orang tetap berada di dalam bandara Kabul menunggu evakuasi, dan ribuan lainnya terus memadati gerbang perimeter yang memohon masuk.
Pasukan AS yang mengawasi evakuasi juga telah dipaksa melakukan kerja sama keamanan yang lebih erat dengan Taliban untuk mencegah terulangnya pemboman bunuh diri yang menewaskan puluhan warga sipil yang berkerumun di sekitar salah satu gerbang akses utama bandara dan 13 tentara Amerika.
Bom bunuh diri pada Kamis 26 Agustus telah menciptakan kekhawatiran tentang masalah keamanan dan membawa ketegangan yang lebih parah dalam situasi yang sudah sangat memprihatinkan serta penuh dengan keputusasaan.
Presiden AS Joe Biden Waspadai Serangan Lanjutan ISIS
Sementara itu, Presiden AS Joe Biden telah diperingatkan bahwa serangan teror lain di Kabul kemungkinan dalam beberapa hari mendatang.
Beberapa hari ke depan akan menjadi "periode paling berbahaya hingga saat ini", kata seorang pejabat Gedung Putih, menambahkan bahwa pasukan AS sedang melihat kemungkinan target ISIS.
ISIS-K, atau dikenal sebagai ISIS di Provinsi Khorasan adalah kelompok yang mengaku berada di balik serangan bandara mematikan hari Kamis.
Ini adalah serangan teror yang paling ekstrem dan kejam dari semua kelompok militan jihad di Afghanistan. Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan AS menganggap kelompok itu "sangat serius".
"Jelas mereka adalah ancaman teror yang serius," katanya, menambahkan: "Saya pikir ancaman itu nyata dan tidak ada yang ingin melihat ancaman itu tumbuh.
"Kami tidak akan membiarkan serangan terhadap tanah air berasal dari Afghanistan lagi seperti yang mereka lakukan 20 tahun yang lalu."
Advertisement