Kasus COVID-19 Varian Delta di Australia Picu Keraguan Pembukaan Perbatasan

Peningkatan infeksi COVID-19 varian Delta yang stabil di Sydney dan Melbourne, dianggap dapat memicu kekhawatiran di negara bagian Australia yang bebas virus. Batalkah pembukaan perbatasan?

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Sep 2021, 15:29 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2021, 15:29 WIB
FOTO: Canberra Lockdown Setelah 1 Kasus COVID-19 Terdeteksi
Komuter meninggalkan stasiun kereta api ringan di Canberra, Australia, Kamis (12/8/2021). Saat ini ada total 37.500 kasus COVID-19 di Australia sejak awal pandemi dengan 946 kematian di negeri dengan 25 juta populasi itu. (Rohan Thomson/AFP)

Liputan6.com, Sydney - Pemerintah federal Australia pada Jumat (3/9/2021) akan berupaya meyakinkan negara bagian dan teritori untuk rencana nasional soal pembukaan kembali perbatasan yang ditutup guna mencegah penyebaran kasus COVID-19. Langkah itu dilakukan saat peningkatan infeksi COVID-19 varian Delta yang stabil di Sydney dan Melbourne, dianggap dapat memicu kekhawatiran di negara bagian yang bebas virus.

Kabinet nasional, sekelompok pemimpin federal dan negara bagian akan bertemu beberapa hari mendatang ketika Queensland dan Australia menunda rencana pembukaan kembali perbatasan setelah tingkat vaksinasi COVID-19 mencapai 70 persen hingga 80 persen dari 36 persen saat ini, target yang disepakati pada bulan Juli.

Perdana Menteri Queensland, Annastacia Palaszczuk pada hari Kamis (2/9) memperingatkan pembukaan kembali perbatasan dapat memicu lonjakan infeksi di negara bagiannya, yang memiliki 18 kasus aktif, dan mengusulkan kontrol yang lebih ketat sampai "Saya bisa memastikan setiap anak divaksinasi COVID-19".

Meskipun pendapatnya dikritik pemerintah federal, pakar Kesehatan mengatakan tidak ada bukti bahwa varian Delta menimbulkan ancaman yang lebih besar bagi anak-anak.

Menurut pakar kesehatan ketakutan seperti itu, seperti melansir Channel News Asia, Jumat (3/9/2021), tidak boleh digunakan untuk menunda pelonggaran perbatasan di bawah rencana nasional tersebut.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pro Kontra Pembukaan Kembali Perbatasan

Suasana Melbourne saat Pemberlakuan Lockdown
Jalan Swanston yang kosong pada malam hari di kawasan pusat bisnis Melbourne selama lockdown, Rabu (5/8/2020). Negara bagian Victoria, hotspot COVID-19 di Australia, melakukan lockdown dan menutup bisnis ritel sebagai upaya mengekang penyebaran virus corona. (AP Photo/Asanka Brendon Ratnayake)

Menteri Keuangan, Simon Birmingham mengatakan kepada Nine News pada hari Jumat bahwa Annastacia berfokus pada sisi ketakutan daripada analisis faktual dan tenang yang perlu dilakukan untuk mendidik penduduk.

Rumah sakit menyarankan tingkat vaksinasi yang lebih tinggi sebelum dilonggarkan, karena tidak siap untuk mengatasi lonjakan yang cepat, kata Asosiasi Medis Australia, pada Kamis.

Berada dalam ancaman COVID-19 gelombang ketiga, Sydney, Melbourne dan Canberra, kota terbesar di Australia dengan lebih dari 25 juta orang terpaksa harus di lockdown. Sedangkan, negara bagian lainnya menikmati kehidupan bebas COVID-19.

Victoria, rumah bagi Melbourne, melaporkan 208 kasus baru, naik dari 176 sehari sebelumnya. Satu kematian baru tercatat di negara bagian tersebut.

Sebanyak hampir 56.800 kasus dan 1.020 kematian telah dicatat di Australia sejak pandemi dimulai, jauh lebih rendah daripada banyak negara yang sebanding, tetapi wabah Delta telah menimbulkan keraguan apakah bijaksana untuk mengejar strategi eliminasi.

Perselisihan antara negara bagian dan pemerintah federal terjadi ketika Perdana Menteri Scott Morrison menginginkan diakhirinya perbatasan dan perubahan haluan ekonomi menjelang pemilihan awal tahun depan.

 

Reporter: Cindy Damara

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya