Liputan6.com, New York City - Anggota Dewan Keamanan PBB melakukan pertemuan darurat tentang uji coba rudal balistik terbaru Korea Utara, yang oleh negara-negara anggota dianggap sebagai "ancaman besar," menurut duta besar Prancis untuk PBB, Nicolas de Riviere.
Riviere mengatakan, ada konsensus di antara kelompok itu untuk mengutuk uji coba tersebut, demikian dikutip dari laman Al Jaazera, Kamis (16/9/2021).
Baca Juga
"Semua orang sangat prihatin dengan situasi ini," kata de Riviere kepada beberapa wartawan setelah pertemuan selama 45 menit.
Advertisement
"Ini adalah ancaman besar bagi perdamaian dan keamanan, ini jelas merupakan pelanggaran terhadap resolusi Dewan," tambahnya, seraya mengatakan bahwa rudal tersebut telah jatuh dalam zona ekonomi eksklusif Jepang.
Rudal yang ditembakkan oleh Korea Utara adalah uji coba sistem rudal yang dirancang sebagai serangan balik potensial untuk setiap kekuatan yang mengancam negara itu, Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) melaporkan pada Kamis (16/9).
Rudal itu terbang 800 km (497 mil) sebelum 'menyerang target' di laut lepas pantai timur Korea Utara pada Rabu (15/9), kata KCNA.
Pada Rabu, pihak berwenang Korea Selatan dan Jepang mengatakan, mereka telah mendeteksi peluncuran dua rudal balistik dari Korea Utara, hanya beberapa hari setelah uji coba rudal jelajah jarak jauh yang menurut para analis dapat memiliki kemampuan nuklir.
Dalam sebuah pernyataan dari London, Kantor Luar Negeri Inggris mengutuk tes itu sebagai "pelanggaran nyata" terhadap resolusi Dewan Keamanan dan "ancaman terhadap perdamaian dan keamanan regional," seperti yang juga dilakukan Amerika Serikat.
"Kami mendesak Korea Utara untuk menahan diri dari provokasi lebih lanjut, dan untuk kembali berdialog dengan AS," kata pernyataan Inggris.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kim Jong-un Tak Hadir
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un tidak mengawasi uji coba tersebut.
Foto-foto yang dirilis oleh media pemerintah menunjukkan rudal dengan warna hijau zaitun diluncurkan di daerah pegunungan Korut.
Korea Selatan telah melaporkan bahwa rudal-rudal itu ditembakkan dari daerah pedalaman tengah Yangdok.
"Rudal ini adalah pilihan yang relatif murah dan andal bagi negara-negara yang ingin meningkatkan kemampuan bertahan pasukan nuklir mereka," kata Adam Mount, seorang rekan senior di Federasi Ilmuwan Amerika, mengatakan di Twitter.
"Rusia melakukannya. AS mempertimbangkannya. Itu sangat masuk akal bagi Korea Utara."
Advertisement