Facebook Blokir Nyaris 150 Akun Terkait Demonstran Anti-Lockdown COVID-19 di Jerman

Akun-akun demonstran anti-lockdown COVID-19 di Jerman diblokir karena dianggap menyebarkan informasi yang salah dan menghasut tindak kekerasan.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Sep 2021, 16:23 WIB
Diterbitkan 17 Sep 2021, 16:23 WIB
Mark Zuckerberg
CEO Facebook Mark Zuckerberg (Foto: Wallpapers Web)

Liputan6.com, Jakarta - Facebook memblokir hampir 150 akun pengguna dan halaman yang terkait demonstran anti-lockdown COVID-19 di Jerman. Perusahaan ini pada Kamis 16 September 2021 mengumumkan kebijakan baru yang berfokus pada kelompok penyebar informasi salah atau menghasut tindak kekerasan.

Dilansir dari AP, Jumat (17/9/2021), terdapat akun-akun di Facebook maupun Instagram yang terkait dengan gerakan Querdenken atau gerakan anti-lockdown COVID-19 juga penentang vaksin dan masker. Kelompok demonstran ini antara lain, ahli teori konspirasi dan beberapa ektremis yang memiliki ideologi berbeda dari masyarakat pada umumnya.

Salah satu postingan yang termasuk dalam menyebarkan infromasi yang salah yakni, akun tersebut mengklaim bahwa vaksin adalah varian virus baru. Selain itu, akun tersebut juga berharap kematian pada petugas polisi yang membubarkan dengan keras saat protes anti-lockdown COVID-19 di Berlin.

Tindakan pemblokiran ini adalah yang pertama dilakukan oleh Facebook sebagai pencegahan 'kerusakan sosial'. Menurut petinggi perusahaan, kebijakan baru ini adalah upaya untuk mengatasi konten dari pengguna media sosial yang bekerja sama untuk menyebarkan konten berbahaya melalui platform.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kebijakan Facebook

Ilustrasi Facebook - Media sosial
Ilustrasi Facebook - Media sosial (Foto: Unsplash.com/William Iven)

Di bawah pedoman sebelumnya, Facebook juga telah menghapus akun yang menggunakan biodata palsu, menyebarkan ujaran kebencian atau membuat ancaman kekerasan. Oleh karena itu, kebijakan baru ini bertujuan untuk menangkap kelompok yang bekerja sama dalam upaya untuk melanggar aturan dan menyebarkan konten berbahaya.

Dalam kasus gerakan Querdenken di Jerman ini, Facebook mengatakan beberapa pemegang akun menggunakan akun individu dan duplikat untuk menyebarkan konten yang melanggar aturan Facebook tentang penyebaran informasi COVID-19 yang salah, ujaran kebencian, intimidasi, dan menghasut tindak kekerasan. Menurut Nathaniel Gleicher, banyak nya riwayat pelanggaran seperti penipuan, konten berbahaya dan lain-lain, mendorong Facebook untuk mengambil tindakan dengan kebijakan ini.

“Hanya berbagi keyakinan atau ketertarikan karena kepentingan yang sama dengan gerakan atau kelompok tertentu tidak akan cukup” ucap kepala kebijakan keamanan Facebook itu.

Badan intelijen domestik Jerman telah menempatkan beberapa demonstran Querdenker di bawah pengawasan, karena gerakan anti lockdown itu menjadi semakin radikal. Gerakan Querdenken ini, dalam protesnya juga telah menarik neo-Nazisme atau kelompok dengan ideologi yang ingin menghidupkan kembali Nazisme dan para ekstremis lainnya.

 

 

Penulis : Vania Dinda Marella

Infografis Google dan Facebook

Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Google dan Facebook (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya