Liputan6.com, Chicago - Chicago Public Schools (CPS), yang merupakan sekolah terbesar ketiga di Amerika Serikat, melaporkan 245 kasus COVID-19.
Tak hanya itu, lebih dari 5.400 orang juga mengalami kontak dengan orang yang terpapar COVID-19, kebanyakan mereka terinfeksi dalam dua minggu pertama masuk kelas, demikian dikutip dari laman Xinhua, Jumat (17/9/2021).
Di antara 245 kasus yang dikonfirmasi yang dilaporkan dari 29 Agustus hingga 11 September, 155 adalah pelajar dan 90 orang dewasa, kata surat kabar harian Chicago Tribune, mengutip data yang dirilis oleh CPS.
Advertisement
Baca Juga
Pada minggu pertama kelas, CPS memposting jumlah kasus COVID-19, orang di karantina dan pod karantina - ukuran kelas kecil dengan rata-rata 15 siswa.
Pada minggu kedua, jumlah kasus COVID-19 dan kontak dekat mereka datang dari jarak 6 kaki (sekitar 1,8 meter) dari orang yang terinfeksi selama setidaknya 15 menit dalam periode 24 jam.
Serikat Guru Chicago meragukan bahwa CPS telah memberikan penghitungan lengkap kasus dan kontak dekat pada sistem pelacaknya.
Distrik ini telah berulang kali melewatkan tenggat waktunya sendiri untuk menyediakan tes COVID-19 gratis untuk 9.400 siswa dan 6.200 anggota staf yang telah mendaftar untuk program pengujian mingguan.
Awalnya direncanakan untuk mengadakan pengujian di seluruh distrik pada 1 September, kemudian ditunda lagi hingga 15 September.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Minimnya Tes COVID-19
CPS mengatakan, mereka mengharapkan untuk menawarkan test swab di 170 sekolah minggu ini, jauh lebih sedikit dari 500 sekolah yang dikelola distrik.
Tidak jelas berapa banyak orang yang telah dikarantina sejak awal kelas, karena mereka yang divaksinasi penuh serta kasus tanpa gejala tidak diarahkan ke karantina untuk periode standar 14 hari.
Selain itu, anak-anak berusia di bawah 12 tahun tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin COVID-19.
Beberapa orang tua mendesak CPS untuk mengizinkan semua siswa berpartisipasi dalam pembelajaran sinkron jarak jauh, bukan hanya mereka yang terdaftar di Akademi Virtual distrik yang "rapuh secara medis", atau mereka yang dikarantina baik karena tes positif atau menjadi kontak dekat.
Advertisement