Liputan6.com, Jakarta - Kelompok pemberontak anti-junta Myanmar telah melakukan serangan bom terhadap pasukan keamanan di dekat Yangon, dengan beberapa orang tewas dalam baku tembak berikutnya, kata militer dan media.
Dilansir France24, Senin (20/9/2021), Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi pada Februari hingga memicu protes massa pro-demokrasi dan tindakan keras berdarah oleh militer.
Advertisement
Berbagai kotapraja di seluruh Myanmar telah membentuk "pasukan pertahanan rakyat" untuk melawan junta, meskipun sebagian besar bentrokan telah dilaporkan terjadi di daerah pedesaan.
Pasukan keamanan sedang melakukan perjalanan melalui Khayan, pinggiran pusat komersial Myanmar, Yangon ketika mereka diserang dengan bom rakitan.
"Kedua kelompok itu saling tembak-menembak -- seorang anggota pasukan keamanan terluka," kata pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa senjata api dan amunisi disita setelah bentrokan itu.
"Beberapa teroris ... (terbunuh), salah satunya terluka."
Media lokal melaporkan setidaknya dua anggota kelompok pemberontak tewas dan satu ditangkap.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Targetkan Aset Junta
Awal bulan ini, "Pemerintah Persatuan Nasional" yang sebagian besar terdiri dari anggota parlemen yang berafiliasi dengan partai terguling Suu Kyi menyerukan "perang defensif rakyat" dan mendesak warga sipil untuk menargetkan aset junta.
Menara komunikasi milik perusahaan Mytel milik militer telah ditargetkan di seluruh Myanmar.
Konflik juga meningkat di wilayah Sagaing dan Magway, di mana penduduk setempat pekan ini menuduh militer membakar rumah dan membuat ribuan orang mengungsi.
"Militer telah menghancurkan wilayah kami karena pasukan perlawanan lokal," kata seorang wanita berusia 25 tahun dari kotapraja Gangaw Magway kepada AFP.
"Saya kehilangan beberapa teman saya... Saya patah hati karena saya telah menyaksikan semua kekejaman mereka dengan mata kepala sendiri."
Penduduk kotapraja Gangaw lainnya mengatakan di salah satu desanya yang paling parah terkena dampak, Namg Kar, sejumlah rumah telah diratakan sejak 10 September. Namun, proses tersebuut berhenti selama seminggu terakhir karena hujan monsun terus memadamkan api.
"Mereka mencoba membakar seluruh desa. Tapi saat itu musim hujan," kata warga tersebut, seraya menambahkan bahwa 4.000 warga Namg Kar telah mengungsi ke hutan terdekat.
"Mereka takut pada tentara karena mereka bisa kembali kapan saja ke desa," katanya.
Gambar yang diperoleh AFP menunjukkan penduduk desa Namg Kar membawa ember berisi air saat asap membubung di kejauhan, sementara sisa-sisa fondasi masih terbakar api.
Advertisement