Menhan Taiwan Sebut Hubungan dengan China Sedang dalam Fase Terburuk

Menteri Pertahanan Taiwan menyebut bahwa hubungan dengan China berada di fase terburuk.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 06 Okt 2021, 13:30 WIB
Diterbitkan 06 Okt 2021, 13:30 WIB
Ilustarsi bendera Taiwan (AFP/Mandy Cheng)
Ilustarsi bendera Taiwan (AFP/Mandy Cheng)

Liputan6.com, Taipei - Ketegangan militer dengan China berada pada titik terburuknya dalam lebih dari 40 tahun, menteri pertahanan Taiwan mengatakan pada Rabu (6/10), beberapa hari setelah rekor jumlah pesawat China terbang ke zona pertahanan udara pulau itu.

Mengutip laman Channel News Asia, Rabu (6/10/2021), ketegangan telah mencapai titik tertinggi baru antara Taipei dan Beijing, yang mengklaim pulau demokrasi itu sebagai wilayahnya sendiri, dan pesawat militer China telah berulang kali terbang melalui zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.

Selama periode empat hari mulai Jumat lalu, Taiwan melaporkan hampir 150 pesawat angkatan udara China memasuki zona pertahanan udaranya, bagian dari pola yang disebut Taipei sebagai pelecehan berkelanjutan yang dilakukan Beijing terhadap pulau itu.

Ditanya oleh seorang anggota parlemen tentang ketegangan militer saat ini dengan China di parlemen, menteri pertahanan Chiu Kuo-cheng mengatakan, situasinya "paling serius" dalam lebih dari 40 tahun sejak ia bergabung dengan militer, menambahkan ada risiko "salah sasaran" dan " melintasi Selat Taiwan yang sensitif.

"Bagi saya sebagai seorang militer, urgensinya ada di depan saya," katanya kepada komite parlemen yang meninjau pengeluaran militer khusus sebesar T$240 miliar (US$8,6 miliar) untuk senjata buatan sendiri termasuk rudal dan kapal perang.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Konflik China-Taiwan

Atraksi Jet Tempur China
Jet tempur siluman J-20 milik Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAAF) tampil pada China Airshow 2018 di Guangdong, Selasa (6/11). Pameran yang dilakukan dua tahun sekali ini berlangsung 6 hingga 11 November mendatang. (WANG ZHAO / AFP)

China mengatakan, Taiwan harus diambil paksa jika perlu. 

Sementara Taiwan mengatakan bahwa mereka adalah negara merdeka dan akan mempertahankan kebebasan dan demokrasinya. Pihak Taiwan pun menyalahkan China atas ketegangan tersebut.

Chiu mengatakan, China sudah memiliki kemampuan untuk menyerang Taiwan dan akan mampu melakukan invasi "skala penuh" pada tahun 2025.

“Pada tahun 2025, China akan membawa biaya dan gesekan ke titik terendah. Ia memiliki kapasitas sekarang, tetapi tidak akan memulai perang dengan mudah, harus mempertimbangkan banyak hal lain.”

Amerika Serikat, pemasok militer utama Taiwan, telah mengkonfirmasi komitmen "kokoh" untuk Taiwan dan juga mengkritik China. Beijing menyalahkan kebijakan Washington yang mendukung Taiwan dengan penjualan senjata dan mengirim kapal perang melalui Selat Taiwan karena meningkatkan ketegangan.

Pengeluaran militer khusus Taiwan selama lima tahun ke depan sebagian besar akan digunakan untuk senjata angkatan laut termasuk senjata anti-kapal seperti sistem rudal darat.

Taiwan melaporkan satu pesawat angkatan udara China memasuki zona pertahanan udaranya pada hari Selasa.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya